Suasana di pengungsian Mozambik/ Net
Suasana di pengungsian Mozambik/ Net
KOMENTAR

KEKERASAN dan kebrutalan para jihadis memaksa ratusan ribu penduduk Mozambik pergi meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka, pergi ke pengungsian untuk menyelamatkan diri. Namun, pengungsian bukanlah tempat yang aman bagi perut yang kelaparan.

Di pengungsian, mereka bisa sedikit lebih aman dari serangan brutal kelompok bersenjata jihadis. Tetapi temat pengungsian tidak memiliki cukup makanan. Seminggu dua minggu mereka mungkin masih bisa bertahan.

Ketika rasa lapar itu sudah tidak tertahankan, mereka pun nekat, menyelinap, kembali ke rumah, mengumpulkan sisa-sisa makanan dan melanjutkan berkebun di kampung halaman sambil berdoa terhindar dari serangan para penjahat.  

Mozambik telah lama dilanda krisis kemanusiaan akibat serangan pemberontak. Tak ada jalan lain bagi hampir 670 ribu penduduk di Mozambik utara selain pergi mengungsi.

Banyak keluarga yang pergi dan tinggal dengan kerabat atau keluarga angkat di negara lain. Beberapa memilih tinggal di tempat penampungan sementara, sementara yang lainnya lebih beruntung, bermukim di desa-desa yang jauh.

Seorang pengungsi mengatakan, dia meninggalkan tempat tinggalnya di  kamp pengungsian dan terpaksa kembali ke kampung halamannya di Metuge dan menjelajahi lumbung-lumbung. Berharap masih ada sisa makanan di sana.

“Saya mendapat sisasisa kacang, dan beberapa makanan lain, setidaknya bisa untuk bertahan keluarga saya," kata ayah satu anak ini seperti dikutip dari AFP, Sabtu (27/2).

Beberapa penduduk bahkan lebih berani. Misalnya Mussa Cesar (43 tahun) dia mengaku bahwa ia kembali ke Quissanga dengan berjalan kaki selama delapan jam, untuk kembali menggarap tanah pertaniannya.

“Saya pergi ke Quissanga menggarap lahan saya, tiga hari lamanya. Lalu kembali ke pengungsian. Saya bisa membawa ubi untuk keluarga saya," katanya.

Serangan jihadis yang berafiliasi dengan ISIS semakin meningkat di provinsi kaya gas itu, dan telah memicu krisis kemanusiaan.

Jumlah insiden kekerasan memang telah mengalami penurunan secara signifikan, menurut organisasi pengumpul data konflik ACLED. Namun begitu, situasi keamanan masih genting di seluruh provinsi.

Otoritas setempat bahkan memperingatkan wartawan AFP untuk tidak melewati beberapa jalan karena itu tidak aman.

Desa di distrik Palma paling utara, paling mencekam. Karena di sana adalah rumah dari proyek gas alam bernilai miliaran dolar yang ditargetkan oleh para militan.

Program Pangan Dunia (WFP) telah mengeluarkan program voucher yang bisa digunakan penduduk setempat untuk membeli makanan dari toko, pada Desember dan Januari lalu.

Tetapi Cristina Graziani, kepala kantor lapangan WFP di ibukota provinsi Pemba, mengatakan bahwa program tersebut sekarang sulit untuk dijalankan, karena toko-toko menghadapi kesulitan yang sama untuk mengisi barang-barang.

Bahkan sebelum pemberontakan melanda, Cabo Delgado sudah menjadi salah satu provinsi termiskin di Mozambik, yang termasuk di antara negara-negara termiskin di dunia.

PBB mengumumkan minggu ini bahwa 1,3 juta orang di Cabo Delgado dan provinsi tetangga Niassa dan Nampula membutuhkan bantuan kemanusiaan, dengan 950 ribu jiwa menghadapi kelaparan parah.

Perebutan makanan terlihat jelas di lingkungan Pemba di Paquite Quete, di mana banyak pengungsi pindah bersama penduduk setempat. Penduduk setempat mengeluh bahwa mereka dikucilkan dari bantuan makanan kemanusiaan, meskipun mempunyai ‘mulut ekstra’ untuk diberi makan.

Seorang ibu tunggal bernama Josina Fernando (34), yang menampung 30 orang yang melarikan diri dari distrik Macomia yang terpukul parah, marah karena dirinya tidak masuk dalam program pembagian makanan.

“Suatu hari ada pembagian dan saya pergi ke sana, tapi diusir,” katanya.

Nasib serupa dialami tetangganya, Nassab Hassane, yang melarikan diri dari Macomia dan sekarang tinggal bersama 27 orang di rumah seorang anggota keluarga.

Dia mengaku belum menerima bantuan apa pun sejak tiba di Pemba empat bulan lalu.

 

 




Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Sebelumnya

Momen Unik yang Viral, Kebersamaan Presiden Prabowo dan Kucing Bobby Kertanegara di Istana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News