MOGA samawa till jannah!
Selain menyampaikan doa yang lazim bagi pasangan pengantin, kini orang-orang pun mulai suka mengucapkan potongan kalimat di atas.
Bagus-bagus saja sih! Ada optimisme bahwa pernikahan itulah yang melapangkan jalan ke surga. Luar biasa, baru saja menikah langsung mencanangkan visi surgawi.
Nabi Muhammad berkali-kali menyampaikan, bahwa istri-istrinya mubasyarah bil jannah, alias mereka tergolong orang yang mendapatkan kabar gembira berupa janji surga dari Allah.
Enak dong?
Iya, tapi sekali pun punya suami Rasulullah, para Ummul Mukminin itu tidaklah mendapatkan surga dengan cara kolusi. Surga itu setimpal dengan amalan baik masing-masing pribadi. Tidak ada garansi begitu punya suami seorang Nabi lantas istrinya dapat tiket gratis ke surga.
Tidaklah demikian.
Surga itu perlu diperjuangkan, tak terkecuali istri-istri Rasulullah.
Namun patut dicermati, bagaimana Nabi Muhammad berupaya dengan gigih agar pasangannya memperoleh surga, agar kisah cinta tidak hanya berseri di dunia, tetapi juga bersambung di negeri abadi akhirat.
Tentunya tidaklah seru kisah cinta, kalau kelak hanya istri atau hanya suami yang dengan mulus mendarat di surga.
Maka, sedari masih berkecimpung dalam kehidupan dunia, Nabi Muhammad menyeru istri untuk bersegera menjadi ahli surga. Ya, mulai dari dunia ini melakukan identifikasi diri sebagai ahli surga di akhirat.
Pada sebuah hadis diterangkan, dari Ismail, dia berkata, aku berkata kepada Abdullah bin Abi Waqqash, “Apakah Nabi Muhammad pernah menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah (tentang surga)?”
Dia menjawab, “Ya! Dengan sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak ada kesulitan.” (HR. Bukhari)
Apa yang membuat Khadijah menjadi amat layak memperoleh surga? Rasanya tidak akan ada orang yang meragukan kualitas Khadijah. Bahkan keterlaluan kiranya jika ada yang meragukan jasa-jasanya. Entah bagaimana nasib perjuangan dakwah Rasulullah bila tanpa sokongan luar biasa dari Khadijah ini.
Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan; Hadits-Hadits Pilihan yang Disepakati Al-Bukhari-Muslim menyebutkan, Khadijah memiliki budi pekerti yang terpuji, keelokan logika, kejelasan bahasa, keindahan tabiat, keteguhan pemikiran, stabilitas daya pikir, dan sangat setia kepada suaminya. Dia satu-satunya wanita yang mampu membuat Nabi terikat dengannya dan tidak ada wanita lain yang sanggup membuat beliau demikian.
Di dalam surga itu, Khadijah mendapat keistimewaan berupa istana yang spektakuler megahnya.
Muhammad Fuad Abdul Baqi mengungkapkan, bahwa rumah surga (terbuat) dari mutiara, yang dimaksud dengan mutiara di sini adalah mutiara yang cekung, jadi rumah itu seperti istana yang tinggi. Ada yang mengatakan bahwa rumah tersebut terbuat dari emas yang disusun dengan permata. Para pakar bahasa mengatakan bahwa bangunan yang terbuat dari permata adalah bangunan tinggi yang memiliki rongga.
Betapa uniknya pula kisah perjalanan Zainab binti Jahsy dalam meraih surga. Dan dengan teka-teki Rasulullah menggambarkan kelebihan istrinya ini, sehingga bahkan surga pun layak merindukan dirinya.
Badawi Mahmud Syaikh dalam buku Riyadhu ash-Shalihat menerangkan, Aisyah berkata, beberapa istri Rasulullah pernah bertanya, “Siapakah di antara kami yang paling cepat bertemu denganmu?”
Rasulullah menjawab, “Yang paling panjang tangannya di antara kalian.”
Lalu mereka mengambil tongkat dan mengukur tangan masing-masing. Ternyata Saudah adalah yang paling panjang tangannya di antara istri-istri yang lain.
Setelah itu kami tahu bahwa maksud yang paling panjang tangannya di sini adalah yang paling banyak bersedekah. Istri itulah yang akan paling cepat bertemu dengan Rasulullah.
Dalam riwayat Muslim, Aisyah berkata, “Ketika itu yang paling panjang tangannya adalah Zainab binti Jahsy. Karena ia senang bekerja dengan tangannya sendiri dan suka bersedekah.” (HR. Muttafaq Alaih)
Di sini tersirat, banyak cara agar pasangan –suami atau istri- kita menjadi ahli surga. Di antaranya cara yang ditempuh Zainab binti Jahsy yang kuat bekerja dan gemar bersedekah. Tidak sulit toh menjadi ahli surga? Tetapi tetaplah dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dalam meraihnya.
Kelak setelah –insyaallah- berada di surga, tapi tidak berjumpa dengan pasangan, maka panggillah suami atau istrimu itu. Karena kita mungkin tidak tahu di surga mana atau di istana yang mana dirinya bertakhta.
KOMENTAR ANDA