Pengurus Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dokter Manggala P Wardhana, SPOG(K) dalam program mingguan Bincang Sehat/Farah
Pengurus Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dokter Manggala P Wardhana, SPOG(K) dalam program mingguan Bincang Sehat/Farah
KOMENTAR

KELUARGA Berencana atau umum dikenal dengan akronim KB merupakan gerakan untuk membentuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan perencanaan jumlah anggota keluarga. Sayangnya di masyarakat, istilah "KB" kerap hanya dikaitkan dengan kontrasepsi. Padahal, makna sesungguhnya dari KB jauh lebih dari itu.

"Di Indonesia, orang biasanya mengaitkan KB dengan suntik, spiral, kondom, seolah KB itu adalah kontrasepsi. Padahal, sejatinya KB itu adalah family planning," ujar Pengurus Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dokter Manggala P Wardhana, SPOG(K) dalam program mingguan Bincang Sehat bertajuk "Jaga Kehamilan Saat Pandemi" jelang akhir pekan ini.

Dia mengelaborasi lebih jauh makna penting dari KB itu sendiri. Prinsipnya, KB adalah upaya sepasang suami istri untuk merencanakan keturunan agar bisa lebih optimal dalam membangun keluarga yang harmonis. Namun, harus diakui bahwa di Indonesia pemahaman yang tepat mengenai KB masih belum sepenuhnya terjadi.

"Satu masalah yang kerap terjadi di Indonesia adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Jadi biasanya orang datang ke dokter kandungan sudah dalam kondisi hamil, karena tidak dipersiapkan. Sedangkan kalau orang asing, biasanya sebelum hamil sudah datang ke dokter kandungan untuk tanya apakah dirinya sudah dalam kondisi optimal untuk hami," terangnya.

Dokter Manggala menuturkan bahwa tahap awal KB yang perlu dilakukan adalah merencanakan kehamilan.

"Kita punya usia yang aman untuk hamil. Secara umum, usia yang aman untuk hamil adalah 20 hingga 35 tahun. Di bawah 20 tahun ada potensi risiko, begitupun dengan hamil di atas usia 35 tahun," jelasnya.

Penting untuk terlebih dulu memahami hal tersebut sehingga jika seseorang memutuskan untuk menikah di bawah usia 20 tahun, mereka bisa menunda kehamilan atau jika tetap memilih untuk hamil di bawah usia 20 tahun, mereka menyadari dan memahami risiko yang mungkin terjadi serta melakukan tindakan untuk meminimalisir potensi risiko tersebut.

Tahap kedua dari KB yang juga tidak kalah penting adalah menjarangkan kehamilan. Dokter Manggala menjelaskan bahwa buat jarak antar kehamilan paling tidak dua tahun untuk mencegah potensi risiko yang mungkin terjadi, seperti prematur atau meningkatkan anemia.

"Tapi tidak semua orang bisa diberlakukan seperti itu, diskusikan dengan dokternya mengenai risiko yang mungkin terjadi," ujar Dokter Manggala.

Tahap selanjutnya dari KB adalah menghentikan potensi kehamilan ketika merasa sudah cukup memiliki anak dengan cara memilih kontrasepsi yang tepat.

"Hamil ini adalah preparing generation. Anak kita harus lebih hebat dari kita. Jadi jika kita tidak persiapkan dengan baik, akan sangat disayangkan sekali," tutupnya.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health