KEGEMARAN Tri Harjanti yang akrab dipanggil Anti adalah menikmati kuliner. Mungkin baginya, hanya ada dua hal tentang makanan: enak dan enak sekali. Bakso, soto, sate, nasi goreng, nasi timbel, hingga seafood menjadi favorit yang selalu disantapnya. Tak pernah pilih-pilih makanan, berat badannya pernah mencapai angka 80 kg.
Tahun 2015 adalah awal Anti merasa ada benjolan di payudara kiri. Saat memeriksakan diri ke dokter, diketahui ada tumor. Dokter tersebut ternyata seorang pasien kanker yang menjalani terapi herbal dengan mengonsumsi kapsul dari ekstrak bahan alami, seperti kunir putih. Anti kemudian mendapat rujukan untuk menemui dokter onkologi di RS.
Alih-alih langsung menemui dokter onkologi, Anti kemudian mencari tahu bagaimana cara melawan kanker dengan cara nonmedis. Dia pun menemukan artikel tentang seorang ibu berusia 54 tahun yang menjalankan terapi jus buah dan sayur.
Anti membaca artikel itu berulang-ulang sampai dia hafal. Dengan berbagai tambahan informasi lain, dia pun cukup memahami ihwal terapi jus. Tapi dalam kesehariannya, Anti belum pernah serius dan konsisten menekuninya.
Hingga akhirnya pada April 2018, Anti dan suami pergi ke RS swasta yang berbeda dari tempatnya dulu memeriksakan diri. Dengan membawa rujukan dari dokter sebelumnya, Anti bermaksud menemui dokter onkologi.
Qadarullah, prosedur RS tersebut meminta Anti untuk melakukan deteksi dini terlebih dahulu. Termasuk pemeriksaan USG dan mamografi. Akhirnya diagnosis dokter menunjukkan Anti menderita kanker ganas payudara stadium 3.
Anti menangis namun tidak larut dalam kesedihan. Ia mengaku termasuk tipe orang yang tidak ingin membesar-besarkan penyakit yang dideritanya. Saat itu juga ia mengatakan keputusan penting pada sang suami.
"Saya bilang saya tidak mau menjalani operasi dan kemoterapi," kenang Anti saat berbagi pengalamannya dalam ZoomTalk Farah.id (10/03/2021) tentang Melawan Kanker Payudara dengan Pengobatan Alami Terapi Jus Sayur dan Buah.
Keputusan tersebut bukan tanpa alasan. Kanker telah menorehkan sejarah kelam dalam hidupnya. Sang ibu tercinta berpulang akibat kanker. Ia pun melihat beberapa temannya dikalahkan kanker.
Sang suami menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan Anti. Dia memahami bahwa istrinyalah yang merasakan sakit dan istrinyalah yang berhak menentukan pengobatan yang membuatnya nyaman.
Anti memutuskan untuk menjalani terapi jus, yang sesungguhnya sudah dia pelajari sejak tahun 2015. Namun ya, hanya sekadar tahu. Mempraktikkannya pun belum baik dan benar. Anti masih suka menambahkan gula dan susu kental manis ke dalam jus yang ternyata menjadi pantangan untuk pasien kanker. Dia juga masih lahap makan aneka kuliner.
Tiga bulan sejak 15 April 2018, Anti memulai terapi jus dengan modifikasi yang ia lakukan sendiri. Dari apa yang dia pelajari, dia tahu apa yang mesti dikonsumsi. Sampai bulan Juni, Anti hanya mengonsumsi jus, tanpa ada makanan yang dikunyah. Buah-buahan yang dia konsumsi adalah terong Belanda, apel Malang, wortel, dan buah bit. Tak ayal, berat badannya turun drastis menjadi 60 kg.
Namun demikian, ia masih merasakan benjolan pada payudara kiri. Tanpa lelah, Anti terus mendalami terapi jus hingga akhirnya dia membaca tentang seorang dokter yang menulis tentang terapi jus untuk pasien kanker yang kemudian menjadi mentornya.
Setelah tiga bulan menjalani terapi jus ala Anti, perempuan berhijab ini akhirnya memiliki panduan pola makan dan menu yang dibuat oleh dokter berpengalaman. Dia lalu mulai mengonsumsi resep khusus kanker. Satu takaran minum jusnya adalah 250 ml.
"Kata "ganas" membuat saya berubah. Saya tidak boleh terus-terusan menjalani gaya hidup saya sebelumnya yang tidak sehat. Saya ingin sedikit berbeda dari pengobatan yang lain. Saya ingin membuktikan apakah terapi jus ini bisa berhasil. Selama 3 tahun, pelan tapi pasti, alhamdulillah ada perubahan," kata Anti.
Meski demikian, Anti tak memungkiri ada perang batin berkecamuk di hatinya. Karena bagaimana pun, dia harus siap menghadapi konsekuensi berhasil atau tidak berhasil. Dia lantas menguatkan mindset untuk 1000 persen berubah. Secara berkala, Anti juga tetap memeriksakan diri secara medis.
Bagi awam, apa yang dilakukan Anti mirip dengan plant based eating yang kini banyak digemari karena diyakini lebih menyehatkan. Bahkan menurutnya, ia tetap merasa sehat dan bugar meski tidak mengonsumsi vitamin dan suplemen secara rutin.
Anti membagikan kiatnya. Sebelum memulai terapi jus, dia melakukan detoksifikasi. Tujuannya adalah untuk membersihkan lemak lendir dalam tubuh yang dikhawatirkan mengganggu penyerapan buah dan sayur.
Detoksifikasi adalah persiapan tubuh untuk memulai gaya hidup sehat dalam hal pola makan. Menurut Anti, detoksifikasi cukup dilakukan selama 3 hari dengan mengonsumsi jus pepaya dan wortel.
Untuk puasa, Anti mengatakan tidak ada masalah dengan terapi jus. Tubuhnya tetap berstamina dan tidak merasa lemas. Jus wortel, antanan, pepaya, bengkuang, semangka, bayam, dan apel menjadi santapan yang rutin dikonsumsinya.
Sebagai pengganti gula, Anti selalu menyediakan kurma. Sedangkan untuk pengganti garam, dia memilih sari nanas atau asam jawa. Untuk camilan, Anti mengonsumsi kacang wijen atau kacang kupas yang disangrai. Ia pun tidak mengonsumsi teh dan kopi yang ditakutkan sudah mengalami proses kimia dalam pembuatannya.
Anti bersyukur, konsistensi terapi jus yang dia jalankan membuahkan hasil. Saat menjalani mamografi tahun 2019, benjolan makin mengecil. Rasa nyeri, kesemutan, dan pegal pada tangan kanannya pun makin berkurang.
Tidak tergodakah Anti untuk mencicipi soto atau sate? "Sungguh sayang jika kerja keras yang saya lakukan selama tiga tahun terakhir ini menjadi sia-sia. Yang terpenting adalah mindset. Membiasakan diri untuk tidak mengatakan tidak enak dan saya menikmati hasilnya. Saya masih harus berjuang 7 tahun lagi untuk insya Allah bisa benar-benar bersih dari kanker," pungkas Anti.
KOMENTAR ANDA