SEJAK kecil, kita sudah diajarkan tentang peristiwa Isra Mi'raj. Itulah sebuah peristiwa penting dalam kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw. yang menjadi perjalanan suci yang memperlihatkan kekuasaan Allah Swt. yang tak terbatas.
Kita mengetahui bahwa Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan Mi'raj adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.
Sebagai muslim, kita hendaknya selalu menghadirkan hikmah peristiwa Isra Mi'raj dalam keseharian hidup kita. Karena Isra Mi'raj tidak hanya tentang perjalanan Rasulullah, tapi juga berpengaruh pada setiap detik kehidupan umat Rasulullah.
Untuk bisa menghadirkan spirit Isra Mi'raj, kita hendaknya memahami makna di balik peristiwa yang terjadi 27 Rajab itu.
Pertama, Isra Mi'raj adalah sebuah penghormatan sekaligus penghiburan untuk Nabi Muhammas saw. atas kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya, yaitu sang istri, Siti Khadijah dan sang paman, Abu Thalib.
Siti Khadijah dan Abu Thalib adalah dua pembela terbaik yang sangat mendukung dakwah Rasulullah di kota Mekkah. Ditinggal istri dan pamannya menimbulkan duka mendalam bagi Rasulullah.
Ujian juga datang dari dakwah beliau di Thaif yang ditolak mentah-mentah. Rasulullah bahkan ditimpuki batu oleh penduduk Thaif. Namun Rasulullah senantiasa bertawakal dan sabar atas hal itu.
Dalam Isra Mi'raj, dikisahkan bahwa malaikat Jibril membelah dada Rasulullah, membasuhnya dengan air zamzam, lalu menuangkan iman dan hikmah, sehingga iman dan hikmah bersama dengan keimanan dan Islam mengkristal dalam hatinya. Inilah yang meneguhkan Rasulullah selalu istiqamah dalam syiar Islam.
Apa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad menjadi hikmah bagi kita tentang inna ma'al usri yusra. Bahwa setelah setiap kesusahan pasti ada kemudahan. Badai pasti berlalu, dan gelap akan berganti terang.
Manusia tidak sepantasnya larut dalam kedukaan atau terpuruk dalam keputusasaan saat kesulitan menghadang. Sertakan selalu kesabaran dan tawakal, mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah, maka insya Allah akan ada kebahagiaan yang dilimpahkan Allah kepada kita.
Sebaliknya, kita tak boleh jumawa dengan pemberian Allah. Tak boleh merasa diri lebih tinggi derajatnya dari orang lain karena kita dilimpahi Allah kehidupan berkecukupan.
Jika kita tak mampu bersyukur, maka cobaan dan ujian bisa datang silih berganti untuk memaksa kita merendahkan diri di hadapan kekuasaan Allah.
Kedua, peristiwa Mi'raj sebagai lahirnya perintah salat yang berawal dari 50 waktu menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Nabi Musa as. mengusulkan Nabi Muhammad meminta keringanan kepada Allah Swt. karena merasa umat muslim tak akan sanggup memikul kewajiban sedemikian berat.
Dalam Mi'raj, Nabi Muhammad saw. juga diperlihatkan berbagai siksaan yang diberikan pada umat yang lalai dan mengerjakan dosa. Hal itu menjadi ibrah (pelajaran berharga) bagi Rasulullah.
Sebagai muslim yang mengimani Allah dan Rasul-Nya, kita tentulah wajib bersyukur dengan kewajiban 5 waktu salat yang diperjuangkan Rasulullah. Maka tak ada jalan lain bagi kita selain berusaha sebaik-baiknya untuk menjalankan salat fardu.
Bukan hanya menjaga kuantitasnya melainkan juga kualitas salat kita. Kita berusaha menjalankan salat di awal waktu. Kita berusaha menjalankan salat dengan khusyuk sesuai salat Rasulullah. Dan kita menyempurnakan 5 waktu dengan salat sunnah rawatib juga salat malam.
Kita menjaga salat sebagai amalan utama yang kelak dapat membawa rida Allah kepada surga. Kita pun menjadikan salat sebagai benteng hati untuk tidak tergoda kepada kemaksiatan dan dosa, agar terhindar dari siksaan yang dulu disaksikan Rasul saat Mi'raj.
Agungnya hikmah Isra Mi'raj bagi Rasulullah Saw. semoga selalu tercurah kepada kita, umat Muhammad. Aamiin.
KOMENTAR ANDA