DENGAN uji klinis yang sudah dimulai, anak-anak diharapkan bisa menerima vaksin Covid-19 pada musim gugur tahun ini (sekitar akhir bulan September).
Para ahli mengatakan bahwa vaksinasi bisa menjadi langkah terakhir untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Saat ini, vaksin Pfizer-BioNTech tersedia untuk 16 tahun ke atas sedangkan vaksin Moderna dan Johnson & Johnson baru disetujui untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Itu berarti hampir 20 persen populasi tidak memenuhi syarat untuk menerima vaksin sementara mereka berpotensi menyebarkan virus. Meskipun belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk menularkan virus setelah terpapar, risikonya tetap ada.
“Anak-anak dapat menyebarkan virus ke orang dewasa. Vaksinasi untuk anak menjadi faktor penting untuk menurunkan tingkat infeksi,” ujar Ann Munana, DNP, instuktur utama Chamberlain University sekaligus anggota Chicago Department of Public Health COVID Vaccine Scientific Workgroup.
Adapun menurut Dekan School of Health Sciences and Practice Building di New York Medical College Dr. Robert Amler, bisa jadi periode penularan dari anak-anak mirip dengan yang terjadi pada orang dewasa. Namun, seberapa besar kontribusinya dalam menyebarkan virus ke komunitas berbeda belum diketahui secara pasti.
Anak-Anak Dibutuhkan Untuk Herd Immunity
Karena anak-anak yang terpapar virus dapat terus menyebarkan Covid-19, para ahli sepakat bahwa anak-anak harus divaksin untuk bisa menciptakan herd immunity (kekebalan populasi). Belum diketahui berapa persen dari populasi berusia muda ini yang harus mendapat vaksin.
Untuk menciptakan kekebalan populasi, perkiraan awal antara sebesar 60 – 90 persen dari total penduduk.
“Namun mengingat munculnya varian baru yang lebih mudah menyebar pada anak-anak dan tidak semua orang dewasa menerima vaksin karena alasan medis dan sebagainya, maka vaksin pada anak-anak menjadi sangat urgen untuk mencapai kekebalan populasi sebesar 90 persen,” kata Nichole Cumby, PhD dari University of Medicine and Health Services.
Uji Coba Terpisah Sangat Dibutuhkan
Saat ini yang sudah dilakukan adalah uji klinis vaksin terhadap anak usia 12 tahun ke atas. Jika ini berhasil, akan diteruskan uji klinis bagi anak dengan usia lebih kecil.
Johan C. Bester, MBChB,PhD,MPhil, Direktur University of Nevada Las Vegas School of Medicine, mengatakan bahwa cara paling etis dalam penelitian ini adalah memulainya dari anak-anak yang lebih besar lalu berlanjut secara bertahap ke anak-anak yang lebih kecil.
Para ilmuwan harus selalu mempertimbangkan kepentingan anak-anak. Dan tentu saja, harus ada pengamanan ekstra saat melakukan penelitian yang melibatkan anak-anak.
Meskipun serupa dalam beberapa hal dengan orang dewasa, biologi maupun sistem kekebalan tubuh anak-anak dapat memiliki perbedaan signifikan dari orang dewasa.
Saat ini, sudah banyak anak yang terpapar Covid-19 bahkan disertai reaksi khusus seperti sindrom peradangan multisistem.
“Penting untuk disadari bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa kecil. Karena itu diperlukan kerja keras untuk mengevaluasi vaksin dalam studi klinis untuk memastikan dosis dan frekuensi vaksinasi yang tepat untuk anak-anak,” kata Dr. C. Buddy Creech, MPH, Direktur Vanderbilt Vaccine Research Program di Vanderbilt University Medical Center.
Melindungi Masa Depan
Semakin banyak orang yang divaksin akan semakin baik, berapa pun usia mereka.
Vaksin dan kekebalan populasi menjadi sangat penting karena para imuwan telah memelajari kemungkinan dampak jangka panjang dari Covid-19.
“Kita tidak tahu bagaimana seorang anak atau orang dewasa yang telah pulih dari Covid-19 mungkin bertahun-tahun kemudian akan mengalami masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan atau neurologis. Karena itu penting melakukan sebanyak-banyaknya vaksinasi, termasuk bagi anak-anak yang memenuhi kriteria kelayakan vaksinasi,” tegas Ann, seperti dilansir Healthline (02/03/2021).
KOMENTAR ANDA