PROGRAM vaksinasi di Uni Eropa tersendat akibat penundaan pengiriman dan penangguhan penggunaan vaksin Oxford-AstraZaneca di beberapa negara. Hal itu berkaitan dengan kekhawatiran akan kemungkinan efek samping dari vaksin.
Lalu apa yang terjadi di sana?
Prancis dan Polandia kembali memberlakukan kebijakan lockdown setelah peningkatan tajam angka kasus Covid-19 di kedua negara tersebut.
Pemerintah Prancis mengkhawatirkan gelombang ketiga Covid-19. Prancis memberlakukan lockdown sebagian sejak Jumat (19/03/2021) waktu setempat.
Sebelum peraturan itu berlaku, masyarakat telah berbondong-bondong memesan tiket kereta yang menghubungkan Paris dan beberapa daerah seperti Lyon dan Brittany. Kemacetan juga tampak di jalan-jalan yang meninggalkan ibu kota.
Pembatasan kali ini memang tidak seketat lockdown sebelumnya. Orang-orang masih diperbolehkan berolahraga di luar ruangan. Sekolah tetap dibuka. Beberapa bisnis tidak boleh dibuka, beberapa lainnya seperti penata rambut diperbolehkan asalkan mematuhi protokol sanitasi.
Sejak awal pandemi, data Johns Hopkins University menunjukkan lebih dari 4,2 juta penduduk Prancis terinfeksi virus corona dengan angka kematian hampir 92 ribu jiwa.
Sementara di Polandia, hotel, pertokoan, juga pusat olahraga dan seni budaya ditutup selama tiga minggu. Sejak November 2020, angka kasus harian Covid-19 di Polandia berada pada level tertinggi. Polandia memberlakukan lockdown sejak Sabtu (20/03/2021) waktu setempat.
Pemerintah telah mengingatkan urgensi pembatasan nasional akibat varian virus mutasi asal Inggris yang merajalela di Polandia. Saat ini, sebanyak 60% infeksi diakibatkan varian baru tersebut. Sebanyak 49 ribu penduduk Polandia telah meninggal terkait Covid-19.
Sedangkan di Jerman, Kanselir Angela Merkel memberi peringatan kemungkinan negaranya menerapkan "rem darurat" dengan memberlakukan kembali lockdown setelah kasus Covid-19 meningkat.
Melihat kondisi Polandia, Jerman menetapkan tetangganya tersebut sebagai negara berisiko tinggi. Pemerintah Jerman memastikan siapa pun yang melintasi perbatasan dari Polandia harus memiliki hasil tes virus negatif.
Uni Eropa vs AstraZaneca
WHO telah mendesak negara-negara di dunia untuk tetap menggunakan vaksin AstraZaneca. Para ahli di WHO menyatakan vaksin tersebut memiliki potensi luar biasa untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian di seluruh dunia.
Para pemimpin Eropa lain berusaha meyakinkan warga bahwa suntikan Oxford-AstraZaneca aman. Salah satu contohnya adalah PM Italia Mario Draghi yang menyatakan siap menerima vaksin itu walaupun hingga saat ini belum memesannya.
Meskipun ada jaminan dari regulator obat-obatan Eropa bahwa vaksin AstraZaneca aman dan efektif, beberapa negara menyetop kampanye vaksin tersebut.
Otoritas kesehatan Finlandia misalnya, memberhentikan vaksinasi setidaknya selama satu minggu. Hal itu dilakukan sebagai tindakan pencegahan menyusul dua laporan pembekuan darah pada pasien penerima vaksin AstraZaneca.
Sementara Swedia, Denmark, dan Norwegia menyatakan butuh lebih banyak waktu untuk mengkaji, sebelum memutuskan lanjut/ tidaknya inokulasi vaksin AstraZaneca.
Jerman, Italia, Prancis, Spanyol, juga Belanda termasuk di antara negara-negara yang telah memulai kembali kampanye vaksin AstraZaneca.
Otoritas Prancis merekomendasikan vaksin tersebut hanya untuk orang berusia 55 tahun ke atas. PM Prancis Jean Castex sudah disuntik vaksin AstraZaneca pada hari Jumat (19/03/2021).
European Medicines Agency mengkaji vaksin AstraZaneca setelah 13 negara Eropa menangguhkan penggunaan vaksin terkait kekhawatiran pembekuan darah. Ditemukan bahwa suntikan tidak terkait dengan risiko lebih tinggi terjadinya penggumpalan.
KOMENTAR ANDA