MEMILIKI kedekatan lahir batin antara suami istri bisa jadi kini menjadi sebuah 'kemewahan' yang jarang didapat.
Tinggal di bawah satu atap, tidur di atas ranjang yang sama, tidak menjamin hati dan batin menyatu. Salah satu yang menjauhkan adalah kesibukan pekerjaan yang didukung perilaku tidak menyenangkan selama di rumah.
Dalam sebuah kajian seputar keharmonisan rumah tangga menuju sakinah mawaddah wa rahmah, dr. Aisah Dahlan menekankan tiga hal yang harus selalu dilakukan, terutama oleh istri.
Pertama, memberikan senyum terbaik kepada suami.
Menurut dokter yang juga Ketua AIRI (Asosiasi Rehabilitasi Sosial Narkoba Indonesia) sebuah statement riset yang umum menunjukkan bahwa laki-laki senang melihat perempuan tersenyum. Tak peduli berapa pun usia laki-laki tersebut.
"Ketika suami datang dari kantor, tahanlah senyum ibu sampai 10 menit," kata dr. Aisah.
Yang salah adalah istri biasanya mengharapkan senyumnya harus dibalas oleh suami. Ketika lebih dari 5 menit tak mendapati suami balas tersenyum, wajah istri pun mulai berubah. Tak heran bila suami mengeluhkan mengapa wajah istrinya sangat mudah berubah.
"Ini 7 menit krusial pertemuan suami dan istri. Ketika suami baru akan tersenyum menjelang 10 menit, istri sudah keburu cemberut karena tak sabar menunggu suami tersenyum setelah 7 menit berlalu," ujar istri dari Priyanto Sismadi ini. Seharusnya, menurut dr. Aisah, istri memohon kepada Allah untuk dikuatkan menyambut suami dengan tersenyum selama 10 – 15 menit. "Bismillah, demi menjemput surga."
Pembina Padepokan Recovery Slankers ini berbagi pengalaman tentang kebiasaan tersenyum yang ia lakukan sejak tahun 2006 silam. dr. Aisah mengatakan bahwa suaminya tidak memberikan respons yang baik di hadapannya—biasa saja.
Tapi siapa sangka, sang suami menceritakan ihwal senyumnya kepada teman-teman di kantornya. Bahkan, teman-teman suaminya menyuruh istri mereka berguru pada dr. Aisah. Tersenyum pada 10 menit pertama, ternyata akan terekam dalam otak suami seolah istri tersenyum sepanjang hari.
Tersenyum, bagaimana pun adalah sebuah kebaikan yang diajarkan Islam. Tabassumuka fii wajhi akhiika shadaqah. Yang artinya, senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.
"Maka kita berlomba-lomba dengan wanita lain untuk senyum pada suami. Dia akan berpaling pada wanita lain yang lebih banyak senyumnya dibanding istrinya. Kita pakai ilmu senyum itu sehingga suami ingat istrinya selalu tersenyum (padahal hanya 10 menit pertama)," tegas alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.
Ia juga berpesan agar istri tak malu menjadi "diva"di hadapan suami. Berdandan cantik, wangi, berjalan anggun, dan berperilaku lembut. Semua untuk menjemput surga, tak hanya kelak di akhirat insya Allah, tapi juga surga dunia berupa keharmonisan dan kemesraan suami istri.
Kedua, buka kembali kenangan indah.
dr. Aisah memberikan contoh para lansia di negara-negara Barat yang menjaga api cinta dengan sering membaca surat-surat cinta lama mereka.
Itu pula yang dilakukan dr. Aisah. Karena dulu ia dan suami sempat terpisah jarak, mereka saling berkirim surat. "Biasanya saya kirim surat lima lembar, balasannya setengah lembar," kenang dr. Aisah.
Namun ia memaklumi, mengingat kebutuhan perempuan untuk mengeluarkan 20 ribu kata dalam satu hari sementara laki-laki hanya butuh 7 ribu kata dalam sehari untuk mengekspresikan perasaannya. Setelah tak lagi saling berkirim surat, dr. Aisah juga rajin mencatat sms-sms suami ke dalam sebuah buku harian.
Menurut dr. Aisah, terutama bagi istri, sangat penting untuk mengingat kembali kenangan-kenangan indah semasa awal berkenalan hingga awal menikah. "Ketika kesal dengan suami, saatnya kita membuka dan membaca kenangan indah itu," ujar dr. Aisah.
Membuka kenangan indah berarti kita mengingat kembali betapa kita saling mencintai dan memiliki tujuan yang sama dalam hidup ini.
Ketiga, selalu membaca Ya Rahman Ya Rahim.
Selanjutnya, dr. Aisah menekankan pentingnya doa dalam hubungan suami istri. Saat menatap suami, istri bisa membaca "Ya Rahman, Ya Rahim" memohon kepada Allah Swt. untuk mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua, sambil menyebutkan nama lengkap keduanya. Bayangkan pula suami istri saling berpelukan. "Ikhlaslah dalam berdoa, nanti apa yang kita doakan akan terjadi."
Kelak di usia yang makin menua (55 tahun ke atas), banyak laki-laki merasa lebih tergantung kepada istri dan mau selalu dekat dengan istri. Itu merupakan salah satu perubahan hormon yang harus dihadapi. Sebaliknya, istri menyangka suami baik-baik saja, masih seperti yang dulu (dengan kesibukan masing-masing). Padahal suami butuh perhatian yang lebih.
Segenap upaya kita lakukan demi menciptakan sakinah mawaddah wa rahmah. Semoga Allah meridhai dan menjaga keharmonisan kita.
KOMENTAR ANDA