PARA peneliti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa perempuan cenderung merasakan efek samping vaksin Covid-19 lebih berat daripada yang dirasakan laki-laki.
Menurut mereka, hal itu biasa terjadi dalam vaksinasi karena estrogen dalam tubuh perempuan dirancang untuk mendapatkan respons kekebalan yang lebih kuat.
Laporan First Month of COVID-19 Vaccine Safety Monitoring-United States yang dirilis Februari 2021 menunjukkan bahwa dari 13,8 juta dosis vaksin Covid-19 pertama yang diberikan kepada warga Amerika Serikat, sebanyak 79 persen efek samping lebih berat dirasakan perempuan (meskipun hanya 61 persen vaksin diberikan kepada perempuan).
Meski demikian, respons yang lebih kuat terhadap vaksin lain sudah terlihat selama bertahun-tahun. Para ahli menduga bahwa pada perempuan, terutama perempuan pramenopause, kadar estrogen membantu mengaktifkan respons kekebalan terhadap penyakit, termasuk juga terhadap vaksin.
Sebaliknya, laki-laki mempunyai lebih banyak testosteron, hormon yang meredam atau memperlambat respons tersebut.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki respons lebih kuat terhadap vaksin karena tubuh mereka lebih cepat dan lebih kuat mengaktifkan apa yang dibawa vaksin ke dalam tubuh.
Berbicara tentang penyakit menular, maka pada umumnya kita akan berbicara tentang respons kekebalan tubuh. Ada banyak ilmu yang bisa digali di balik respons perempuan yang lebih kuat terhadap penyakit dan vaksin.
Dr. Larry Schlesinger, Presiden dan Kepala Eksekutif Texas Biomedical Research Institute, San Antonio, mengatakan bahwa respons kuat perempuan itu telah terlihat dan dipelajari dalam vaksin untuk DPR, influenza, demam kuning, dan penyakit lain.
"Hormon estrogen mendorong tubuh memproduksi lebih banyak sel T, sel reaktor yang melindungi kita saat vaksin dimasukkan ke dalam tubuh. Karena itulah kita melihat respons lebih cepat dan lebih kuat dialami perempuan," ujar Dr. Larry.
Apa yang dirasakan perempuan setelah vaksinasi seharusnya tidak menimbulkan ketakutan dan penolakan terhadap vaksin Covid-19.
Para ahli menegaskan bahwa Covid-19 berdampak jauh lebih buruk dari sekadar rasa sakit yang terasa satu hingga dua hari setelah vaksinasi.
"Covid-19 bisa menjadi buruk dan bisa menempatkan perempuan di ICU, seperti halnya laki-laki. Efek samping vaksin sebagian besar hilang dalam 24 jam," ujar Dr. Larry.
Bagi banyak perempuan vaksin bak "pedang bermata dua". Di satu sisi, perempuan mendapat antibodi yang kuat terhadap Covid-19—persis seperti yang diharapkan para ahli. Namun di sisi lain, ada potensi penderitaan satu hari bahkan satu hari lebih.
"Penelitian tersebut adalah bagian dari tracing berkelanjutan yang dilakukan CDC terhadap vaksin dan dampaknya, tidak boleh membuat orang menghindari vaksin. Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. Vaksin adalah alat pencegahan penting untuk mencegah penyakit dan komplikasi," tegas Julianne Gee, MPH, salah satu tim peneliti sekaligus tenaga medis di CDC Immunization Safety Office, seperti dilansir Healthline.
Ingatlah selalu bahwa vaksin adalah satu jalan demi mencapai new normal dan menciptakan herd immunity. Jangan sampai ketakutan kita akan rasa pegal, lelah, meriang, dan lemas dalam satu sampai dua hari mengalahkan ketakutan kita akan virus yang menginfeksi dunia.
KOMENTAR ANDA