KOMENTAR

SELAMA pandemi, entah sudah berapa puluh kali pikiran kita terganggu oleh berbagai berita buruk dan kabar menyedihkan. Belum lagi kekhawatiran tentang sulitnya menjaga kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga di tengah segala kesibukan berpusat di rumah.

Terinspirasi surah Al-Mulk, Sri Rahmaila S.Pd, praktisi parenting sekaligus Direktur RUMAH PINTAR menyebutkan 8 cara yang bisa dilakukan seorang Muslim untuk menemukan sudut pandang yang damai terhadap kehidupan ini.

Kedamaian tersebut menjadi sangat penting. Tak hanya sebagai faktor penting untuk menjaga imunitas tubuh tetapi juga sebagai faktor penting agar kita dapat menjalankan dengan baik peran kita sebagai orangtua, terlebih di era pandemi ini.

#1 Memusatkan hidup kepada Allah
Ketika seorang Muslim memprioritaskan dirinya, itu artinya dia memusatkan pikirannya kepada dunia. Tak mengherankan jika selalu saja ada perasaan was-was menghampiri karena bisikan setan yang berusaha melemahkan.

Jika kita memusatkan hidup kepada Allah, kita pasti lebih tenang karena mengetahui Allah bersama hamba-Nya dan senantiasa melindunginya.

#2 Merendahkan diri di hadapan Allah
Jika kita merasa sombong dengan apa yang kita miliki di dunia, kita akan sibuk mencari cara agar selalu menang dari orang lain. Akibatnya, kita akan kesulitan untuk merendahkan diri kita sebagai hamba di hadapan Sang Maha Pencipta.

Jika kita mampu menghamba kepada Allah, kita tak akan menganggap diri kita lebih baik dari orang lain sehingga hati kita merasa lebih tenang dan damai.

#3 Mengadopsi "abundance mindset"
Pola pikir yang berlimpah alias abundance mindset adalah sebuah pola pikir yang cenderung memberi karena kita merasa 'kaya'. Kita tidak pelit untuk menebar kebaikan, mempermudah urusan orang lain, dan menolong siapa pun yang butuh bantuan. Kita yakin alam semesta menyediakan kecukupan bagi setiap hamba dan setiap orang sudah memiliki rezekinya masing-masing.

#4 Fokus pada akhirat
Kesibukan dunia tidak akan ada habisnya dan sifatnya sementara. Kita mesti memaksa diri kita untuk fokus pada apa yang akan kita jalani setelah kita meninggalkan dunia ini. Dengan begitulah perspektif kita akan berubah dari menganggap dunia sebagai tujuan menjadi dunia sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati di akhirat kelak.

#5 Menjaga keseimbangan diri
Keseimbangan diri diartikan sebagai kesiapan kita menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup, terutama dalam merespons hal-hal yang di luar perkiraan kita.

Biasakanlah untuk menyimak dan mencerna dengan tenang setiap hal yang datang kepada kita. Jangan sampai kita merespons segala hal dengan berlebihan hingga mengacaukan pikiran dan melemahkan jalan kita mencari solusi.

#6 Muhasabah alias introspeksi diri
Setiap orang pernah berbuat salah. Yang terpenting adalah menyesalinya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulanginya lagi.

Kita harus menyisihkan waktu setiap hari untuk me-review apa yang terjadi selama 24 jam dalam hidup kita. Dengan begitu, kita tahu apa yang harus kita tingkatkan dan apa yang harus kita tinggalkan. Jangan sampai kita menjalani hari demi hari begitu saja tanpa target bahkan bingung untuk memperbaiki diri.

#7 Keyakinan dan berserah diri kepada Allah
Tak ada yang lebih kuat dari iman dan kepasrahan kepada Allah. Bagi seorang hamba, keimanan dan kepasrahan adalah kekuatan terbesar. Dua hal itulah yang membuat kita memiliki semangat untuk berbuat kebaikan dan memaksimalkan potensi kita selama hidup di dunia.

#8 Kesadaran diri terhadap ketentuan Allah
Dengan menyadari kekuasaan Allah, kita menyadari takdir adalah sesuatu yang menjadi ketentuan Allah. Sehat dan sakit. Hidup dan mati. Semua adalah qadarullah yang mesti dihadapi.

Jika kita mampu mengimani ketentuan Allah, kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih tenang. Perspektif kita menjadi objektif dan damai, dan kita pun tidak memusuhi berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup ini.

 

 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur