MENYERUAKNYA polemik seputar fatwa MUI terkait kehalalan vaksin AstraZaneca ditanggapi Communication for Development Specialist UNICEF Rizky Ika Syafitri sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan bijak. Rizky mengingatkan data 40 ribu lebih penduduk Indonesia meninggal akibat Covid-19 dari 1,4 juta kasus menjadi tanda betapa seriusnya pandemi di negara kita.
Menurut Rizky, pemerintah terus mengusahakan ketersediaan vaksin. Tantangan yang dihadapi bukan hanya tergantung dari jenis vaksin, tapi juga aspek keamanan yang sangat diperhatikan karena vaksin adalah intervensi pencegahan yang diberikan pada orang sehat dalam jumlah banyak. Kesuksesan vaksinasi tergantung pada seberapa banyak ketersediaannya dan seberapa cepat vaksinasi bisa dilakukan.
"Perdebatan tentang status kehalalan, di kondisi darurat, masyarakat juga harus paham faktor keamanan, efektivitas, dan (peran) vaksinasi sebagai intervensi kesehatan masyarakat yang efektif tidak hanya untuk Covid-19 tapi juga penyakit lainnya, di antaranya Indonesia sukses bebas polio, bebas tetanus. Kita bisa saja akan menghadapi wabah lain jika vaksinasi tidak berjalan dengan baik. Coverage penting untuk menciptakan herd immunity," tegas Rizky dalam Bincang Sehat RMOL.id bertajuk "Kupas Tuntas Vaksin AstraZaneca", Jumat (26/03/2021).
Rizky menegaskan, pandemi Covid-19 harus menjadi momentum untuk bersama-sama melihat kembali regulasi di Indonesia yang berpotensi menghambat hak masyarakat untuk mendapat akses vaksin dan pengobatan dasar lainnya. Supaya ke depannya, Indonesia lebih siap menghadapi pendemi seperti saat ini. Tidak hanya siap dalam hal pengawasan tapi juga dalam vaksinasi.
Ia mengingatkan di tahun 2017-2018, introduksi vaksin rubella yang dikombinasikan ke dalam vaksinasi wajib dengan target 70 juta anak Indonesia, gagal mencapai coverage 95% akibat isu kehalalan. Akibatnya, menurut Rizky, di masa depan bisa terjadi gangguan mata, pendengaran, dan jantung pada anak-anak kita akibat virus rubella.
"Tentang fatwa MUI, sudah disebutkan bahwa ini (vaksin AstraZaneca) mubah, diperbolehkan, bisa digunakan di kondisi darurat. Mudah-mudahan minat masyarakat yang sedang tinggi-tingginya untuk vaksinasi bisa kita pertahankan. Karena partisipasi masyarakat sangat penting. Minat tersebut sempat turun saat isu halal-haram ini beredar ditambah lagi banyaknya hoaks. Kami, tim komunikasi, berjuang keras menghadapi hoaks, jangan sampai minat masyarakat berkurang akibat pemberitaan yang kurang tidak tepat juga adanya narasi liar yang beredar di media massa. Media punya tanggung jawab penting untuk memberi informasi yang benar," tegas Rizky.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak ragu divaksinasi karena vaksin sudah terbukti selama puluhan tahun menjadi intervensi kesehatan masyarakat yang efektif. Ia juga mengimbau masyarakat selalu memantau Covid19.go.id untuk mendapat semua informasi terkait pandemi.
Terkait vaksin AstraZaneca yang sudah hadir di Indonesia, Rizky mengatakan saat ini sudah ada first batch sebanyak 1,1 juta vaksin dari target 11 juta vaksin AstraZaneca yang bisa dimanfaatkan hingga Juni 2021.
"Jenis vaksinnya sama. UNICEF memastikan vaksin sesuai dengan negara tujuan, dalam hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia, termasuk juga dari segi penyimpanan dan distribusinya. Vaksin AstraZaneca yang didapat melalui COVAC UNICEF didatangkan dari Belanda dengan vaksin yang diproduksi di manufacture site AstraZaneca di Korea. AstraZaneca punya beberapa lokasi pembuatan, termasuk di Thailand," jelas Rizky menjawab pertanyaan seputar perbedaan vaksin AstraZaneca dari COVAC UNICEF dan vaksin yang dibeli langsung dari AstraZaneca.
Rizky menambahkan, studi terbaru memperlihatkan bahwa vaksin Oxford AstraZaneca 100% terbukti mencegah penyakit serius.
"Pemerintah Indonesia berusaha luar biasa agar kita bisa memiliki vaksin untuk target 181,5 juta jiwa, yang berarti lebih dari 400 juta dosis. Karena itulah dilakukan kerjasama bilateral dan multirateral untuk memastikan ketersediannya."
KOMENTAR ANDA