Tren desain interior dengan menggunakan bata ekspor perlu dipikirkan ulang terutama jika memiliki anak/Net
Tren desain interior dengan menggunakan bata ekspor perlu dipikirkan ulang terutama jika memiliki anak/Net
KOMENTAR

MERENOVASI atau menata interior rumah merupakan hal yang menggembirakan bagi banyak orang. Pasalnya hal itu memberikan mereka kesempatan untuk memilih dan mempersiapkan sendiri tempat yang nyaman bagi diri sendiri serta keluarga.

Tren desain interior pun terus berubah seiring perkembangan waktu. Namun beberapa di antaranya banyak juga yang tetap bertahan.

Di antara banyaknya tren desain interior yang masih diganderungi banyak orang saat ini, sejumlah pakar desain di Singapura menilai bahwa ada setidaknya tujuh tren desain interior yang perlu untuk dipikirkan ulang dalam pengaplikasiannya.

Meski memang menentukan desain interior untuk rumah merupakan hal yang sangat subjektif, namun tidak ada salahnya untuk melirik pendapat para pakar desain agar kita memiliki lebih banyak referensi dan tidak menyesal di kemudian hari.

Berikut tujuh tren desain interior yang dianggap sejumlah pakar perlu dipikirkan ulang, mengutip Channel News Asia:

1. Dinding bata ekspos

Dalam hal desain interior, ada gaya tertentu yang terlihat bagus, tetapi tidak terlalu praktis. Salah satunya adalah tren penggunaan bata ekspos untuk interior rumah.

"Jika ada tren yang saya harap tidak lagi menjadi tren, saya harus mengatakan itu adalah permintaan atas dinding bata ekspos di rumah," kata pakar desain yang juga merupakan managing partner Summerhaus D’zign, Larry Lim.

Dia menilai, dinding bata ekspos telah digunakan secara berlebihan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga hampir identik dengan gaya Industrial dan Skandinavia, terutama bila dipasangkan dengan lantai semen mentah atau lemari kayu pucat.

"Terlepas dari keanehannya, meskipun batu bata asli menawarkan keaslian, satu kekurangannya adalah tidak ramah anak karena permukaannya yang kasar dan dapat menimbulkan risiko abrasi," ujarnya.

"Namun, menggunakan pengganti seperti wallpaper dengan cetakan batu bata atau batu bata palsu, maka akan kehilangan daya tarik alami," tambahnya.

2. Lantai parket

Meskipun lantai parket mungkin tidak sepopuler sekarang seperti di masa lalu, namun saat ini masih banyak rumah pribadi yang masih menggunakan lantai parket.

Pakar desain dan juga direktur serta salah satu pendiri Luxur Beam Ker menilai bahwa lantai parket sebenarnya tidak ramah lingkungan, karena dibuat dari berbagai sumber kayu seperti pohon pinus, pohon ek, serta pohon kenari.

"Jika kita ingin menyelamatkan dunia, kita perlu berhenti menebang pohon. Parket juga lebih sulit dirawat dan diperbaiki, dan mudah tergores. Akhir-akhir ini, saya sering mencoba mendidik klien saya untuk mengganti parket dengan ubin atau kayu (rekayasa)," ujarnya.

"Karena ada banyak bahan di pasaran yang dapat menghasilkan tampilan parket, mengapa tidak beralih?" tambahnya.

3. Beton

Selama beberapa tahun terakhir, gaya industrialis sangat populer di kalangan pemilik rumah. Salah satu ciri dari gaya industrialis ini adalah penggunaan dinding beton.

"Penggunaan beton mentah dikaitkan dengan gaya Brutalis dalam arsitektur dan tetap memberikan pengaruh penting baik dalam arsitektur maupun desain interior," kata pakar desain yang juga merupakan salah satu pendiri FOMA Architects, Tan Chun Hao.

"Namun, saat ini, desainer interior cenderung terlalu sering menggunakan pelapis beton dalam proyek perumahan, mengaplikasikannya di seluruh ruang dari ruang tamu hingga kamar mandi, membentang dari lantai ke langit-langit, untuk mencapai tampilan industri. Akibatnya suasana menjadi kusam dengan lantai beton yang dingin dan dinding abu-abu pekat yang tidak kondusif untuk kehidupan. Apalagi bila lantai beton basah, biasanya licin dan membahayakan keselamatan masyarakat, terutama lansia," sambung Tan.

4. Lemari dengan konsep terbuka

Desain lemari pakaian dengan konsep terbuka bukan merupakan hal yang aneh saat ini, karena banyak diaplikasikan banyak orang di rumah mereka.

Namun, Tan menilai bahwa sebenarnya bilik lemari pakaian dengan konsep terbuka atau open-concept wardrobes akan sangat tidak tepat bagi mereka yang tidak disiplin dalam merapikan pakaian.

"Ini terlihat bagus di majalah dan Pinterest. Namun, kenyataannya biasanya Anda akan mendapatkan lemari pakaian yang sangat berantakan dan kotor. Kamar Anda akan berubah menjadi tumpukan cucian besar yang terbuka untuk pengawasan dari teman dan anggota keluarga," ujar Tan.




Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Sebelumnya

Momen Unik yang Viral, Kebersamaan Presiden Prabowo dan Kucing Bobby Kertanegara di Istana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News