TERNYATA Ghana memiliki permainan tradisional disebut sebagai Awari yang konon juga dimainkan oleh masyarakat Afrika Barat sampai Karibea yang dikenal sebagai permainan Mancala.
Bentuk peralatan permainan Awari tampak mirip dengan permainan tradisional Jawa yang disebut sebagai Dakon yang di masyarakat Melayu dikenal sebagai Congkak, di Lampung disebut Dentuman Lamban sementara di Sulawesi: Mokaotan Maggaleceng, Aggalacang, Nogarata.
Dalam Bahasa Inggris Awari dan Dakon disebut sebagai permainan Mancala. Komputer saintis, John Romein dan Henri Bal dari Vrije Universiteit Amsterdam sempat menggunakan klaster komputer dengan 144 prosesor selama 51 jam mengkalkulasi 899.063.398.406 posisi Mancala dengan kesimpulan permainan logika matematikal itu akan niscaya berakhir seri apabila dimainkan oleh dua pemain berpengalaman.
Bentuk dan Cara
Awari sama dengan dakon dimainkan oleh dua pemain namun bentuknya beda dalam hal Awari memiliki 6 lubang yang saling berhadapan sementara Dakon lazim memiliki 7 lubang, meski ada pula yang berlubang 9 saling berhadapan ditambah satu lubang relatif lebih besar bagi setiap pemain.
Karena belum pernah bermain Awari saya tidak tahu cara bermainnya namun dari yang saya alami dari bermain Dakon saya mohon diampuni jika keliru menyimpulkan bahwa setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji.
Secara bergilir masing-masing pemain dapat memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam.
Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, pemain dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis di lubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya.
Bila habis di lubang kecil di sisinya maka berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi tersisa di lubang-lubang kecil.
Whisfull Hoping
Menarik bahwa Awari dan Dakon memiliki persamaan dalam hal sang pemenang adalah yang berhasil menghimpun biji terbanyak. Saya tidak tahu apakah permainan Dakon dan Awari ditemukan secara terpisah atau secara saling mempengaruhi.
Saya juga tidak tahu bahwa apabila saling terpisah lalu bagaimana kok bisa menjadi saling mirip sementara apabila saling mempengaruhi lalu bagaimana proses sejarahnya serta siapa mempengaruhi siapa.
Namun terus terang sebagai seorang warga Indonesia yang bangga terhadap kebudayaan bangsa saya sendiri maka diam-diam di dalam lubuk sanubari terdalam saya wishfull hoping mengharap bahwa apabila miripisme akibat saling mempengaruhi maka Dakon mempengaruhi Awari sama halnya dengan pancanada Sunda mempengaruhi pentatonika Jepang.
Bukan sebaliknya.
KOMENTAR ANDA