Puasa Ramadhan tidak memiliki efek negatif meski dilakukan di tengah pandemi Covid-19/Net
Puasa Ramadhan tidak memiliki efek negatif meski dilakukan di tengah pandemi Covid-19/Net
KOMENTAR

BULAN suci Ramadhan yang dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia akan segera tiba. Namun bagi sebagian orang barangkali masih ada yang khawatir untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghantui.

Eits.. Jangan khawatir! Pasalnya, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa praktik ibadah puasa Ramadhan terbukti aman dilakukan di tengah pandemi Covid-19.

Penelitian yang diterbitkan pada hari Kamis di Journal of Global Health pada Kamis (1/4) menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian pada bulan Ramadhan tahun lalu, ibadah puasa tidak menyebabkan tingkat kematian Covid-19 yang lebih tinggi di kalangan Muslim Inggris.

"Temuan kami menunjukkan bahwa praktik yang terkait dengan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19," begitu bunyi penelitian tersebut.

Pada Ramadhan tahun lalu banyak komentar miring yang muncul bahwa ada kekhawatiran jumlah infeksi Covid-19 akan meningkat karena banyak warga Muslim di Inggris yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

"Klaim ini tidak berdasarkan bukti. Sebaliknya, itu adalah gangguan yang tidak membantu dari ketidaksetaraan dalam faktor penentu sosial kesehatan, terutama ketidaksetaraan dalam kondisi hidup dan kerja, yang telah menjadi pendorong utama ketidaksetaraan kesehatan untuk semua kelompok yang kurang beruntung secara sosial sebelum dan juga selama pandemi Covid-19," sambung laporan yang sama.

Laporan itu didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian akibat Covid-19 selama Ramadan tahun lalu, yang dimulai pada 23 April, tidak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.

Selama bulan Ramadhan tahun lalu, ibadah shalat berjamaah di masjid-masjid di Inggris dibatalkan akibat lockdown nasional demi mengerem penularan virus corona.

Pada saat itu, para peneliti menganalisis tingkat kematian di puluhan wilayah otoritas lokal di Inggris di mana terdapat populasi Muslim setidaknya 20 persen.

Mereka menemukan bahwa kematian terus menurun di daerah-daerah tersebut selama periode Ramadhan.

Lebih lanjut, sambung laporan yang sama, tren ini berlanjut setelah Ramadan. Dengan demikian, penelitian tersebut menemukan bahwa tidak ada efek merugikan yang terjadi akibat dari puasa ramadhan di wilayah Muslim.

Salah seorang penulis penelitian, Salman Waqar menjelaskan kepada Al Jazeera bahwa temuan itu menunjukkan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan terkait dengan Covid-19.

Sementara itu, Dewan Muslim Inggris (MCB), badan payung Muslim terbesar di Inggris, mengatakan laporan itu membantah asumsi negatif yang menyebut bahwa Muslim akan melanggar aturan lockdown di bulan Ramadhan dan menyebabkan lonjakan infeksi.

Jurubicara MCB, Omar Begg menilai, persepsi semacam itu dirancang untuk mengkambinghitamkan komunitas Muslim di Inggris dan mengalihkan perhatian dari ketidaksetaraan kesehatan struktural yang lebih luas.

"Kami berharap Ramadhan ini akan bebas dari asumsi, dan bahwa tindakan pragmatis diambil pada tingkat kebijakan untuk mengatasi penyebab ketidaksetaraan yang disoroti oleh pandemi," tandas Begg.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur