GAYA hidup kini tidak dapat dilepaskan dari masyarakat modern, terlebih lagi para remaja yang ingin tampil fashionable namun tidak mengeluarkan budget yang berlebihan. Kini, ada satu alternatif untuk tetap tampil modis tanpa harus membeli barang baru serba branded di mal yaitu dengan thrifting.
Dalam bahasa Inggris, istilah thrifting diartikan sebagai penghematan. Namun dalam urusan belanja fesyen, thrifting bermakna kegiatan berbelanja demi mendapatkan harga barang yang lebih murah dan barang yang tidak biasa seperti selera pasar saat ini.
Dahulu, pakaian memiliki kegunaan praktis untuk melindungi dan menutupi bagian tubuh, menghangatkan tubuh ketika dingin, sekaligus memberi kenyamanan ketika udara panas. Tapi seiring berkembangnya zaman, banyak orang kini memilih pakaian berdasar tren fesyen juga untuk mengekspresikan identitas diri mereka.
Namun tidak semua orang mampu membeli barang baru serba branded. Masyarakat yang datang dari strata ekonomi berbeda tentu memiliki daya beli yang juga berbeda. Nah, salah satu tempat belanja yang kini menjadi favorit banyak orang adalah thrift store.
Thrift store bisa dikatakan sebagai sebuah lahan bisnis baru yang berkembang di kalangan generasi muda saat ini. Thrift store adalah sebuah toko atau tempat belanja pakaian bekas pakai yang sudah dibersihkan dan dikemas sedemikian rupa dari segi tempat, kebersihan dan kerapihan pakaian, serta berkualitas, unik, juga masih memiliki nilai sebagai barang branded.
Banyak juga yang menyamakan thrift store dengan garage sale karena sama-sama menjual barang preloved. Thrift store juga identik dengan vintage store karena dianggap sama-sama menjual barang yang kini sudah tidak menjadi tren. Menariknya, saat ini thrift store tidak hanya ditemui secara offline tapi juga banyak digelar secara online.
Kepopuleran thrifting semakin menanjak khususnya di kalangan generasi muda. Mode yang bagus, dianggap unik ,serta tidak pasaran menjadi daya tarik tersendiri. Mengingat tren fesyen yang selalu berubah, banyak gaya khas masa lalu seperti gaya 90-an atau 70-an yang sangat sulit ditemukan di gerai fesyen yang umumnya memajang koleksi terbaru.
Misalnya saja outfit retro style seperti dress motif bunga, clutch, sepatu oxford, coat berbulu, juga rok A-line yang sedang banyak diminati para penggemar fesyen.
Di thrift store, pengunjung disuguhi tumpukan pakaian dan aksesori yang sangat beragam. Meskipun secara umum kualitas barang yang ditawarkan tidak kalah dibandingkan barang baru pada umumnya, ada pula thrift store yang menjual barang preloved (barang bekas pakai) yang tidak dikurasi dengan ketat. Itu artinya, kita sebagai konsumen mesti sabar dan cermat mencari kebutuhan fesyen yang cocok dan kondisinya baik.
Pakaian thrift cenderung memiliki kecacatan barang 5% - 10% lebih besar dibandingkan barang di shopping mall seperti adanya bercak kotor, warna yang sudah memudar, atau lubang pada salah satu bagian pakaian. Namun jika teliti saat thrift shopping, tak jarang kita bisa mendapatkan barang layaknya baru yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Tak hanya soal gaya retro berbiaya minim, thrifting juga menjadi satu cara kita mendukung gaya hidup nol sampah (zero waste lifestyle) sebagai upaya menjaga pelestarian lingkungan dan sustainable fashion. Thrift shopping digadang-gadang menjadi satu usaha membatasi sifat konsumtif seseorang untuk membeli baju baru demi menyelamatkan bumi dari sampah fesyen yang selama ini sangat mencemarkan.
Tak heran bila kini thrift shopping menjadi alternatif untuk tampil modis dan unik dengan cara yang menguntungkan kantong sekaligus menguntungkan bumi. Nah, Sahabat Farah tertarik?
KOMENTAR ANDA