Sensor yang dilakukan pihak televisi di China dengan cara }mengaburkan merek Barat/BBC
Sensor yang dilakukan pihak televisi di China dengan cara }mengaburkan merek Barat/BBC
KOMENTAR

BEBERAPA waktu belakangan ini, muncul kampanye anti penggunaan kapas dari Xinjiang yang utamanya digembar-gemborkan oleh merek atau produsen dari negara-negara Barat. Hal ini merupakan bentuk protes mereka atas dugaan penindasan dan kerja paksa yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap warga minoritas Uighur di wilayah Xinjiang untuk memproduksi kapas. 

Pemerintah China telah membantah tuduhan semacam itu. Namun kampanye anti penggunaan kapas dari Xinjiang masih terus berlangsung. 

Sebagai bentuk penentangan dari kampanye Barat tersebut,  stasiun televisi China melakukan sensor dengan cara mengaburkan logo merek dari negara-negara Barat dalam program mereka. 

Langkah tersebut menyebabkan sejumlah siaran tertunda karena editor pasca-produksi perlu menyensor segala merek Barat yang muncul, mulai dari kaus hingga sepatu.

Seperti episode variety show populer "Sisters Who Make Waves" di mana sepatu penyanyi dan aktor yang tampil, dikaburkan. 

Bukan hanya itu, sensor semacam itu juga terlihat pada reality show "Chuang 2021" di mana kontestan mengenakan pakaian bermerek dengan logo Barat dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Lantas, sebenarnya apa latar belakang dari kampanye anti kapas Xinjiang?

Mengutip BBC, perselisihan mengenai kapas dari Xinjiang perttama kali meletus setelah Amerika Serikat dan pemerintah Barat lainnya meningkatkan tekanan pada China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah barat laut Xinjiang.

Kampanye kapas Xinjiang dimulai bulan lalu ketika outlet media pemerintah China dan netizen menuding H&M atas pernyataan yang dibuat tahun lalu, terkait kapas dari Xinjiang. Sejak saat itu, sederet merek Barat lainnya masuk dalam jajaran yang sama. 

Beberapa merek lain yang terlibat dalam kontroversi termasuk Nike, Adidas, dan Puma yang semuanya adalah anggota Better Cotton Initiative (BCI), sebuah grup nirlaba yang mempromosikan produksi kapas berkelanjutan.

Kelompok itu mengatakan pada Oktober lalu bahwa mereka telah menangguhkan kegiatan di Xinjiang serta perizinan kapas di kawasan itu. Mereka mengutip tuduhan dan "meningkatkan risiko" kerja paksa di Xinjiang.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News