Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

VIRUS SARS-Cov-2 terus bermutasi. Setelah B117 masuk ke Indonesia, mutasi baru kembali hadir, yaitu E484K atau dikenal dengan Eek.

Mutasi Corona Eek terdeteksi di Indonesia sejak Februari 2021. Banyak informasi simpang siur yang beredar terkait mutasi baru ini. Alhasil, keresahan kembali datang.

Sebelum tiba di Indonesia, E484K ditemukan di Brazil, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, Argentina dan Filipina.

Mutasi Eek terjadi di spike protein virus. Spike ini adalah bagian penting untuk menempelnya virus pada tubuh manusia dan sangat penting untuk pengenalan sel imun terhadap virus. Dan mutasi ini bukan jenis atau varian virus penyebab Covid-19 yang berdiri sendiri. Ia dapat ditemukan pada beberapa varian seperti P1 Brazil, P2 Brazil, P3 Filipina,  B1351 Afrika Selatan, B1526 New York. Mutasi ini meliputi 1,9 persen mutasi virus penyebab Covid-19 di seluruh dunia.

Mutasi E484K ini dikenal dengan 'mutasi yang dapat melarikan diri'. Ia dapat menghindar dari berbagai jenis antibodi, sehingga berpotensi besar menurunkan kemampuan antibodi menetralisir virus. Jika sudah demikian, beberapa hal sangat dikhawatirkan, yaitu:

1. Efektivitas plasma konvalesen akan menurun.

2. Efektivitas terapi antibodi monoklonal untuk pasien Covid-19 juga menurun.

3. Dan, berpotensi pula menurunkan efektivitas vaksin Covid-19.

Terkait penurunan efektivitas vaksin, sudah terjadi pada vaksin Moderna dan Pfizer. Di mana kedua vaksin ini telah terbukti terjadi penurunan kemampuan penetralisir antibodi yang diproduksi.

Untuk vaksin Novovac dan Johnson &Johnson juga terbukti terjadi penurunan efektivitas pada negara yang banyak memiliki varian virus dengan mutasi E484K atau Eek ini. Seperti dikutip dari laman instagram @adamprabata.

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health