Pilihan Jill Biden untuk tetap menjadi guru menegaskan kemandirian yang selama ini tidak dipilih atau tidak bisa dimiliki oleh para ibu negara sebelumnya/ Net
Pilihan Jill Biden untuk tetap menjadi guru menegaskan kemandirian yang selama ini tidak dipilih atau tidak bisa dimiliki oleh para ibu negara sebelumnya/ Net
KOMENTAR

KEHIDUPAN sehari-hari Jill Biden sebagai First Lady Amerika Serikat seolah jauh dari gegap-gempita makan malam kenegaraan. Ia kembali ke sekolah dengan gelar baru: Ibu Negara. Saat ini ia mengajar full time di tiga kelas di Northern Virginia Community College. Dua kelas di antaranya berkonsep hybrid, sebagai bagian dari protokol Covid-19.

Dalam memertahankan pekerjaan sebagai guru tetap, Jill Biden mendobrak tradisi kehidupan First Lady negara adidaya itu. Ini adalah kali kedua Jill membuat sejarah. Dulu ketika mendampingi Joe Biden sebagai Wakil Presiden Barack Obama, Jill menjadi Second Lady pertama yang memiliki pekerjaan penuh waktu.

Sebagai istri wakil presiden sekaligus guru, Jill tidak hanya menghabiskan waktu untuk mengajar di kelas tapi juga memanfaatkan peran politiknya untuk berjuang dalam bidang pendidikan.

Salah satunya adalah dengan menggratiskan community college. Karena itulah, menjadi guru di community college tidak semata menjadi sebuah panggilan jiwa tapi juga menjadi bentuk layanan dan pengabdian seorang Jill.

Keputusannya melanjutkan karir menjelma sebagai sebuah momen penting. Saat ini di Amerika Serikat, jutaan perempuan harus meninggalkan pekerjaan mereka akibat pandemi. Mereka disibukkan dengan pengasuhan anak dan pendidikan anak dikarenakan sekolah ditutup.

Dan juga karena ketidaksetaraan gaji antara laki-laki dan perempuan, maka banyak pasangan suami istri bekerja mengorbankan istri untuk berhenti bekerja demi mengurus anak di rumah.

Dengan memertahankan pekerjaannya dan menegaskan makna karir mengajar baginya, Jil menggarisbawahi bahwa karir perempuan adalah sesuatu hal yang penting. Juga tentang betapa pentingnya memberi kesempatan kepada perempuan yang kini terpaksa harus keluar dari dunia kerja.

Itulah yang membuat banyak pihak mengapresiasi keputusan Jill Biden untuk memiliki karier terpisah. Ambisinya tidak ditujukan untuk bidang politik. Ia menyiratkan kemandirian yang tidak ditunjukkan banyak Ibu Negara lain.

Jill memilih untuk tetap mencantumkan gelar “Dr” di depan namanya, yang ia peroleh pada tahun 2007. Setelah pelantikan Joe Biden, Jill mengingatkan bahwa di sekolah, dia adalah guru bahasa Inggris, bukan ibu negara. “Terima kasih telah menghormati identitas guru saya,” ungkap Jill.

Meski demikian, Jill tidak menghilangkan perannya terkait masalah kebijakan dalam bidang sosial kemasyarakatan. Mulai dari community college hingga pekerjaannya yang berhubungan dengan para veteran perang. Dengan demikian, Jill Biden dianggap berhasil mengukir jalannya untuk mengabdi sebagai Second Lady maupun First Lady tanpa mengorbankan dirinya sendiri.

Kemandirian Jill Biden untuk berdiri sendiri tanpa dibatasi peran suaminya berpotensi untuk mengubah sudut pandang orang Amerika terhadap pemerintahan. Negara tidak membutuhkan pasangan yang hanya melayani karena pekerjaan pasangan mereka.

Hal tersebut akan memerlihatkan kesetaraan dan kemandirian seorang perempuan, dalam hal ini seorang ibu negara. Apa yang dilakukan Jill Biden saat ini menjadi penyemangat bagi kaum perempuan untuk membangun kembali karier mereka setelah pandemi berakhir.

Eleanor, Lady Bird, Hillary, dan Michelle

Dilansir CNN, selama 130 tahun pertama, tidak mungkin bagi ibu negara Amerika Serikat untuk berkarier setelah menikah. Mereka mendampingi suami, menyempurnakan urusan diplomatik, dan menjadi tuan rumah makan malam dan pesta kenegaraan.

Nilai-nilai pada abad pertama kehidupan presiden dan ibu negara seolah mengatakan bahwa identitas hukum perempuan dimasukkan ke dalam identitas suaminya. Dan dalam budaya rumah tangga, urusan perawatan rumah dan keluarga diserahkan penuh di tangan perempuan. Karena itulah peran ibu negara menjadi ‘perpanjangan’ tangan sang suami. Umumnya, peran tersebut terbatas pada urusan sosial.

Eleanor Roosevelt menjalankan pengaruh politik dan mengejar agenda yang memiliki tujuan penting bersama suaminya. Ada pula Lady Bird Johnson yang memiliki bisnis yang sukses, mendorong sang suami untuk melaksanakan proyek seperti mempercantik jalan raya—yang dianggap masih terkait dengan ide-ide rumah tangga seputar kebersihan dan keindahan.

Di tahun 1970-an, feminisme gelombang kedua makin berkibar hingga citra ibu negara sebagai “nyonya rumah” kian ketinggalan zaman. Akibatnya, ada ibu negara yang terkadang harus bentrok dengan peran suami bahkan menekan suami. Betty Ford, mengunakan perannya untuk menekan sang suami terkait isu hak reproduksi dan perwakilan perempuan di Mahkamah Agung.

Ketegangan makin terlihat di era Hillary Clinton. Menurut Hillary, dia bisa saja hanya diam di rumah selama suaminya menjabat gubernur Arkansas. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk tetap berkiprah dalam bidang hukum (Hillary adalah seorang pengacara) dan berpolitik.

Maka ketika akhirnya Hillary gagal dalam urusan reformasi perawatan kesehatan dan mendapat kritik pedas di media, ibu negara selanjutnya seolah enggan meniru kiprah Hillary.

Laura Bush mengatakan dirinya bukanlah seorang “istri politik” bagi suaminya. Bahkan Michelle Obama, yang memiliki karier sukses sebagai pengacara dan manajer rumah sakit, meninggalkan semua kariernya demi mendukung karier politik Obama yang melesat.

Meski aktif melaksanakan berbagai agenda penting sebagai ibu negara dalam berbagai proyek yang melengkapi agenda suaminya, Michelle tidak mendambakan karier politik—seperti Hillary Clinton.

Karena itulah banyak orang kagum dengan keputusan Jill Biden untuk memertahankan karier terpisahnya. Terutama karena ambisinya bukanlah untuk mengejar kepentingan politik. Pilihannya untuk tetap menjadi guru menegaskan kemandirian yang selama ini tidak dipilih atau tidak bisa dimiliki oleh para ibu negara sebelumnya.

 

 




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women