Pakar biomolekuler dari Universitas YARSI Ahmad Rusjan Utomo dalam program Bincang Sehat/Farah
Pakar biomolekuler dari Universitas YARSI Ahmad Rusjan Utomo dalam program Bincang Sehat/Farah
KOMENTAR

DI TENGAH upaya pemerintah menggalakkan kampanye vaksinasi Covid-19, muncul sejumlah varian baru virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19. 

Di tanah air, baru-baru ini dikonfirmasi munculnya kasus varian B.1.1.7 dan yang terbaru adalah adanya kasus dengan mutasi E484K atau biasa disebut "Eek". 

Munculnya varian dan mutasi baru virus corona ini mengundang tanda tanya tersendiri, terutama soal apakah vaksinasi Covid-19 yang dilakukan saat ini akan tetap efektif untuk melawan varian dan mutasi baru virus corona tersebut?

"Memang ada kekhawatrian bahwa struktur protein akibat mutasi ini dikhawatirkan bisa lepas dari sergapan antibodi. Ini yang dikhawatirkan, apakah orang yang sudah divaksinasi Covid-19 masih bisa mengenali variasi ini," jelas pakar biomolekuler dari Universitas YARSI Ahmad Rusjan Utomo dalam program Bincang Sehat bertajuk "Mutasi Baru Penyebab Covid-19, Apa Yang Perlu Diketahui?" pada Jumat (9/4).

Dia menjelaskan bahwa para pakar dan ilmuwan di banyak negara masih terus melakukan penelitian terkait hal tersebut. Namun sejauh ini, vaksinasi Covid-19 masih bisa memberikan dampak positif di tengah pandemi Covid-19.

"Kalau kita bicara soal B.1.1.7 yang awalnya ditemukan di Inggris, itu memang data terbaru masih bisa dikendalikan oleh vaksin (Covid-19)," ujar Ahmad. 

Namun pada mutasi E484K alias Eek, Ahmad merujuk pada penelitian terbaru yang diilakukan di Brasil di mana juga banyak ditemukan varian P1 (yang juga mengandung mutasi E484K). 

"Di Brasil di mana mereka juga menggunakan Coronavac, sama seperti di kita Sinovac. Apa yang mereka lakukan? Studinya menarik. Mereka fokus pada tenaga kesehatan (nakes) di kota Manaus di mana diperkirakan banyak varian P1. Dan varian P1 diketahui juga mengandung mutasi E484K," terang Ahmad. 

"Lalu apa yang mereka lihat? Ternyata Brasil menemukan bahwa ketika populasi (nakes) divaksinasi, itu risiko terkena virus corona dan bergejala itu separuh lebih rendah daripada mereka yang belum divaksinasi," sambungnya. 

Artinya apa? Hal ini menunjukkan bahwa data di lapangan membuktikan sejauh ini bahwa vaksinasi masih bisa memberikan dampak positif. 

"Vaksinasi masih bisa membantu, dalam artian bukan menghentikan wabah, tapi untuk mengurangi risiko orang yang masuk rumah sakit," kata Ahmad. Dengan demikian, hal ini akan berperan serta untuk mencegah sistem kesehatan dan rumah sakit untuk collapse di tengah pandemi.

Ahmad juga mengingatkan agar warga tidak khawatir dan tidak takut untuk menerima suntikan vaksin Covid-19.

"Kalau kita lihat data, hingga saat ini vaksin masih bisa membantu," tandasnya.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health