BANYAK manusia mudah mengeluh karena merasa capek dengan seabrek urusan yang dilakoni. Terlebih lagi di masa pandemi.
Ada suami yang mengeluh karena deadline pekerjaan yang teramat ketat hingga setiap hari harus menghadiri online meeting dari pagi hingga malam.
Ada istri sekaligus ibu, guru, dan manajer rumah tangga yang jumpalitan menjalankan berbagai peran tersebut karena semua aktivitasnya berjalan di dalam rumah.
Dan kini Ramadhan pun tiba. Masih agak mirip kondisinya dengan tahun lalu dalam ihwal pandemi Covid-19. Meskipun Tarawih sudah diperbolehkan dijalankan di daerah zona hijau dan zona kuning dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Bagaimana agar kita tidak malas-malasan menjalankan puasa di bulan suci tahun ini? Ada 2 pesan dari 2 ustaz kondang Tanah Air yang bisa kita jadikan pegangan untuk membangkitkan semangat beribadah selama Ramadhan.
Ustaz Abdul Somad: Perang Badar Terjadi di Pada Bulan Ramadan
Menurut Ustaz Abdul Somad (UAS), beribadah di tengah musibah layaknya orang yang berhijrah ke jalan Islam yang dibawa Nabi Muhammad. Meskipun sedang dalam pandemi, umat Islam jangan pernah merasa sedih dan bersusah hati. UAS mengimbau kaum Muslimin untuk tetap menjaga ibadah Ramadan. Tidak hanya puasa tapi juga tadarus quran, tarawih, dan witir.
UAS juga mengingatkan hadis yang mengatakan bahwa "tidurnya orang puasa adalah ibadah" statusnya hadis dhaif atau lemah periwayatannya. Menurut UAS, banyak orang memakai hadis tersebut untuk membenarkan perbuatan malas-malasan saat berpuasa.
UAS menegaskan bahwa hadis itu lemah dan tidak bisa dipakai untuk membenarkan orang-orang yang tidur siang berlebihan atau tidur santai. Nabi tidak pernah mengajarkan hal itu. Bahkan menurut UAS, perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan di tahun kedua Hijriah. Itu artinya, bulan puasa jauh dari perbuatan bermalas-malasan.
Ustaz Adi Hidayat: Dunia Memang Tempatnya Capek!
Selaras dengan apa yang dinyatakan Ustaz Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan kembali hakikat kehidupan manusia di dunia.
Jika seseorang mengeluh karena harus bekerja, harus mengurus keluarga, harus mendidik anak-anak, harus berdagang, ditambah lagi harus tetap menjaga ibadah setiap hari, ingatlah satu hal yaitu dunia menuntut semua manusia untuk berbuat dan menjalankan kewajiban.
Jika nanti manusia pulang (meninggal) maka semua itu berhenti dengan sendirinya. Tidak ada lagi yang harus dikerjakan. Tidak ada lagi tanggung jawab yang harus dipenuhi. Tidak ada lagi yang bisa dikeluhkan.
"Dunia memang tempatnya capek!" tegas UAH.
Semua perbuatan baik yang kita usahakan untuk bertahan hidup serta menjaga diri dan keturunan kita dari siksa api neraka semuanya memang menguras pikiran, tenaga, dan waktu. Tapi dunia memang tempatnya manusia merasa lelah.
Setelah nanti meninggal dunia, manusia tak akan bisa lagi mengeluh capek. Jika kita memilih untuk memanjakan diri selama dunia karena enggan merasa capek untuk mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka di akhirat kelak kita pasti menyesal mengapa semasa hidup di dunia kita tidak mau capek.
Bukankah kita menginginkan kebahagiaan dan ketenangan di akhirat?
Mudah-mudahan Allah selalu menyinari hati kita dengan cahaya hidayah agar kita ridha untuk memaksimalkan ibadah di bulan suci dan memilih capek di dunia daripada menderita di akhirat kelak.
Wallahu a'lam bishshawab.
KOMENTAR ANDA