Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh dalam diskusi Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.id bertema
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh dalam diskusi Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.id bertema "Apa Kabar Vaksin Nusantara" yang digelar Kamis (15/04/2021)/ FARAH
KOMENTAR

VAKSIN Nusantara mendapat perhatian besar dari masyarakat setelah BPOM merilis temuan terkait proses pengerjaannya.

Di antara poin yang dipermasalahkan adalah keterkaitan dengan pihak asing, yaitu Amerika Serikat, baik dari peneliti yang berkunjung maupun peralatan yang digunakan. Juga tentang penyimpanan sampel penelitian yang mengabaikan standar keamanan.

Di tengah 'kegaduhan' tersebut, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh memilih menjadi volunteer untuk pengambilan sampel darah yang akan digunakan sebagai bahan vaksin. Pengambilan sampel darah tersebut dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.

Apa alasan Mbak Ninik, begitu ia biasa disapa, untuk menjadi volunteer?

"Saya ke RSPAD atas nama pribadi. Saya punya concern terhadap persoalan ini. Komisi IX sudah rapat dengan Menkes, dr. Terawan, BPOM, dan para peneliti vaksin Nusantara. Kami sudah membahas efek samping dan ke depannya seperti apa. Saya secara sadar, secara sukarela , diambil sampel darah. Delapan hari ke depan akan disuntik. Ini bentuk kedaulatan kesehatan anak negeri. Covid-19 ini mengajarkan bahwa kita belum punya kedaulatan kesehatan, termasuk obat, alat kesehatan, dan vaksin," tegas Mbak Ninik dalam diskusi Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.id bertema "Apa Kabar Vaksin Nusantara" yang digelar Kamis (15/04/2021).

Tidak ada paksaan karena para sukarelawan diminta mendengarkan lebih dulu penjelasan tim vaksin Nusantara sebelum menyetujui pengambilan sampel darah dengan menandatangani formulir pernyataan kesediaan.

Mbak Ninik menambahkan, apa yang ia lakukan adalah mematuhi perintah Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan produk anak negeri, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Presiden telah memerintahkan adanya percepatan produksi farmasi dan vaksin dalam negeri untuk memenuhi herd immunity.

Ditambah lagi, kondisi produksi dan distribusi vaksin saat ini yang masih terbatas. Jika Indonesia mampu membuat vaksin sendiri, hal itu akan menjadi keuntungan bagi masyarakat tak hanya untuk pandemi sekarang tapi untuk kepentingan masa depan.

Secara pribadi, Mbak Ninik meragukan apakah tim peneliti vaksin Nusantara yang terdiri dari para ahli yang diinisiasi Prof. Terawan mengabaikan peraturan standar penelitian. Dan kalaupun ada hubungan dengan Amerika Serikat, ide dan pelaksanaan yang dilakukan di Indonesia tentu tetap menjadi satu karya anak bangsa yang harus diapresiasi.

Mbak Ninik mengharapkan ada keinginan yang sama dari Kementerian Kesehatan dan BPOM untuk mendukung pembuatan vaksin dalam negeri.

Jangan sampai masyarakat menafsirkan banyak hal yang mengindikasikan hambatan terhadap karya anak bangsa atau ada kepentingan tertentu di balik penghambatan vaksin Nusantara. Sedangkan di sisi lain, BPOM sangat cepat memberi izin edar untuk produk vaksin luar negeri.

"Komisi IX meminta BPOM melakukan pendampingan dan pengawasan intensif untuk pengerjaan vaksin Nusantara, juga memberi laporan berkala seputar pengembangan vaksin dalam negeri," ujar perempuan lulusan S2 Unversity of Hawaii ini.

Perempuan kelahiran 15 Desember 1979 ini menambahkan bahwa sangat disayangkan jika vaksin yang sudah mendapat persetujuan WHO ini harus dihentikan. Apalagi proses uji klinis fase 1 sudah dilaksanakan dan kepercayaan masyarakat cukup tinggi terhadap vaksin Nusantara.

"Soal tudingan politisasi vaksin, saya tidak perlu membahayakan diri dengan menjadi sukarelawan. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa saya mendukung penelitian (vaksin Nusantara)," tegas Mbak Ninik yang sudah menerima 2 dosis vaksin Sinovac.

Mbak Ninik berharap para peneliti vaksin Nusantara dapat proaktif memberi penjelasan kepada masyarakat untuk menjawab temuan BPOM. "Kita ingin ada kemajuan bersama. Kita tidak ingin produk anak bangsa menjadi 'anak tiri' dibandingkan produk luar negeri. Ini penting untuk kedaulatan kesehatan Indonesia."

Vaksin Nusantara disebut-sebut sebagai vaksin pertama di dunia untuk Covid-19 yang menggunakan sel dentritik autolog. Vaksin ini telah mendapat tercatat di WHO. Proses penelitian dan pembuatan vaksin telah berjalan sejak 22 Oktober 2020.

Metode sel dentritik autolog yaitu menggunakan sel darah putih subjek untuk diambil sel dentritiknya, yang kemudian dipaparkan dengan rekombinan antigen SARS-Cov-2, setelah itu disuntikkan kembali ke subjek. Penyuntikan tersebut akan memicu sel imunitas untuk melawan Covid-19 hingga membentuk pertahanan memori terhadap Covid-19.

RSUP dr. Kariadi Semarang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro mengembangkan Vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

 

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News