KETIKA mengajar di Jerman, saya perhatikan bahwa anak-anak Jerman tidak banyak tahu tentang Asia termasuk Indonesia seperti anak-anak Indonesia tahu tentang Eropa termasuk Jerman. Ketimpangan wawasan pengetahuan itu akibat pendidikan di Indonesia mewarisi pendidikan Belanda yang Eropasentris.
Maka, sementara anak-anak Indonesia kenal Napoleon, Louis XIV, Shakespeare, Hitler, Leuwenhoek, Newton, Einstein maka jarang ada anak Jerman yang kenal Gajah Mada, Diponegoro, Ronggowarsito, Rendra, Syahbana, Damono, Tjokorda, Habibie.
Sejarah sains dipadati nama-nama warga Eropa sementara nyaris terdengar nama warga Asia apalagi Afrika. Maka saya pribadi semula belum pernah mendengar seorang penemu refrigator tanpa tenaga listrik yang ternyata bukan warga Eropa.
Nigeria
Pada tahun 90an abad XX seorang guru sekolah dasar di Nigeria utara bernama Muhammad Bah Abba menemukan sebuah alat penyejuk dengan bahan pot di dalam pot yang sangat sederhana serta tidak membutuhkan enerji listrik. Penemuan warga Nigeria ini memungkinkan pendinginan bahan makanan di kawasan gurun pasir yang tidak memiliki aliran listrik.
Refrigator sederhana namun efektif untuk menyimpan makanan di daerah luar biasa panas itu terbuat dari sebuah pot tanah liat relatif kecil yang diletakkan di dalam pot tanah liat yang lebih besar dengan ruang pemisah diisi pasir lembab.
Bejana yang di dalam dapat diisi dengan buah-buahan, sayur-mayur, minuman dalam kaleng, daging serta ditutupi dengan kain basah. Air yang evaporasi menghisap panas bejana dalam melalui pori-pori yang sengaja dibuat pada bejana luar sehingga menimbulkan hawa sejuk sampai 15 derajat celius di dalam bejana.
Kemudian Muhammad Bah Abba yang memang berasal dari keluarga pembuat pot tanah liat memperkerjakan segenap tenaga kerja di desanya untuk membuat 5.000 refrigator tanpa tenaga listerik yang diperjualbelikan dengan harga 40 sen dolar AS ke seluruh Nigeria. Penemuan Muhammad Bah Abba dikembangkan oleh rakyat menjadi produk rakyat untuk rakyat di Nigeria.
Indonesia
Saya merasa yakin bahwa Indonesia memiliki putra-putri terbaik yang tidak kalah kreatif ketimbang Muhammad Bah Abad berdasar fakta begitu banyak mahakarya teknologi tradisional Nusantara di bidang pertanian, pengairan, perumahan, perkapalan, kesehatan dan lain sebaiknya.
MURI telah mencatat berbagai mahakarya penemuan para inventor Indonesia kelas dunia. Besar harapan saya bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dikoordinir oleh Kemenko PMK berkenan bekerja dengan Menko Ekonomi terutama Kementerian Industri mendukung gelora semangat para putra-putri terbaik untuk kreatif dan inovatif menciptakan teknologi yang berguna memudahkan perjalanan hidup bukan saja masyarakat Indonesia namun juga umat manusia di seluruh pelosok planet bumi ini. MERDEKA!
KOMENTAR ANDA