KOMENTAR

MEMILIH bidang pekerjaan yang sesuai dengan passion atau minat, merupakan cita-cita banyak orang. Bagaimana tidak, kita bisa bekerja dengan semangat, menikmati, dan tentu hasilnya pun lebih optimal dibandingkan dengan melakukan sesuatu secara terpaksa.

Itulah kira-kira yang kini dirasakan oleh Rinee Reo dan Oewi Wahyono ketika berhasil "nyemplung" ke dunia fesyen. Bahkan seorang Rinee rela meninggalkan pekerjaannya sebagai banker karena passionnya itu.

"Saya terjun di dunia fesyen itu pada tahun 2017 akhir. Sebelumnya bekerja sebagai banker. Selama 2017-2018, saya ikut kelas senior fesyen show bersama IFC (Indonesian Fashion Chamber). Saat itulah saya mulai menggali fesyen dan ternyata memang suka. Alhamdulillah akhirnya saya diterima bergabung dengan IFC dan itu sangat membantu karier saya sekarang," kata Rinee saat sesi Desainer Story' Telling MUFFEST 2021, di Grand Galaxy Park Bekasi, Minggu (17/4).

IFC ternyata memang menjadi tempat yang tepat bagi pemula pecinta fesyen untuk menggali ilmu. Begitu yang dirasakan Oewi Wahyono, owner Nura Butik yang mengaku tahun ini adalah kali kedua mengikuti MUFFEST.

"Sebenarnya sudah dengar IFC itu dari beberapa tahun, sebelum jadi member. Waktu itu lagi ikut pameran terus ketemu seseorang dan tanya-tanya soal IFC. Nggak sangka kemudian ditawari gabung dan teenyata IFC memang tempatnya para desainer. Saya juga merasa perlu bergabung untuk meningkatkan ilmu dan kreatifitas dan bertemu dengan komunitas yang sama," ujar Oewi.

Dia bercerita, Nura Butik sudah berdiri sejak 2014. Saat itu, semua mengalir begitu saja. Namun yang membuatnya menjadi tidak mudah adalah keberadaannya yang harus ada di dua negara, Indonesia dan Jeddah.

"Jadi untuk eksis di satu tempat itu sangat sulit. Tapi saat saya ada di satu negara, misalnya di Indonesia, saya selalu mencoba untuk aktif," ucapnya.

Namun, itulah yang menjadi kelebihan desainer yang fokus pada genre batik tradisional (Wastra) ini. Saat harus tinggal di Jeddah bersama suami, wanita lulusan Sastra Inggris ini bisa memperkenalkan koleksi-koleksinya yang memiliki segmentasi wanita dewasa itu.

Sementara Rinee, setelah bergabung dengan IFC semakin mantap menelurkan koleksi-koleksi casualnya. Pemilihan segmentasinya ada pada middle up dengan pilihan warna bold untuk menegaskan bahwa wanita adalah sosok yang mandiri dan tegas, namun tetap fun dan berjiwa muda.

"Dunia fesyen ini jauh sangat menantang passion saya. Waktu 2016, saat ikut fesyen show, baju saya pernah ditawar pelanggan. Saya lalu dikasih tantangan untuk membuat baju serupa hanya dalam waktu tiga hari. Di situ saya semakin semangat dan saat launching pertama Rinee Reo di MUFFEST tahun lalu, pelanggan semuanya suka. Koleksi pertama saya feminin romantic. Namun melihat kondisi sekarang, saya fokus pada pakaian ready to wear yang nyaman," ucap Rinee.

Passion Warisan

Berbeda dengan Rinee dan Oewi, Opie Ovie justru mendapatkan passionnya dari warisan turun temurun.

"Eyangnya mama itu punya usaha garmen besar di Bandung. Terus, ibu saya itu angkatan pertama di ISWI dan saya juga sempat kuliah di sana. Dari kecil itu saya selalu membayangkan membuat baju. Yang jadi modelnya yang boneka-boneka saya. Buat baju mereka (boneka) dari tisu dan sisa-sisa kain di butik mama. Dan semua jadi (baju)," kenang Opie.

Kecintaan terhadap dunia fesyen diperdalam saat pada 2002 ibu tiga orang putra ini membuat usaha sendiri. Awalnya Opie membuat koleksi wedding dress dan menang dalam beberapa perlombaan fashion show. Dari situ, ia membuat butik di Tebet dan sekarang dirinya fokus di pakaian ready to wear dengan brand teranyarnya, Oddysey.

"Awalnya sederhana, pengen pemakai merasa nyaman dan pede. Tapi ketika ketemu teman desain produk dari ITS Surabaya, banyak mimpi yang ingin saya buat," kata Opie.

Beberapa mimpi Opie adalah membuat kebaya funky, kebayanya anak muda yang bisa dipakai sehari-hari. Kemudian, Opie juga bergabung dalam program sosial "Seribu Kaki Palsu".

"Jadi nggak bisa diam. Justru pandemi ini jadi banyak ide yang bermunculan. Mudah-mudahan bisa segera diwujudkan," harapnya.




Strategi Pemasaran Brand Kecantikan untuk Menarik Rasa Penasaran Gen Z

Sebelumnya

Shandy Purnamasari Terus Berinovasi Tingkatkan Kualitas Produk MSGLOW

Berikutnya

KOMENTAR ANDA