SALAH satu masalah kesehatan yang banyak mendapat perhatian selama bulan puasa adalah gangguan asam lambung. Menyerang pencernaan, sudah pasti penderitanya akan mengalami kondisi tidak nyaman pada perut yang kerap mengharuskannya tidak bisa berpuasa.
Padahal banyak studi menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang menyehatkan tubuh, terutama dalam urusan pencernaan. Ya, saat puasa lambung diberi kesempatan untuk beristirahat sejenak setelah 'dipaksa' bekerja keras terus-menerus.
dr. Virly Nanda Muzzelina, SpPD, spesialis gatro-enterologi RSCM dalam Bincang Sehat RMOL.id bertajuk "Puasa Dan Kesehatan Asam Lambung Selama Pandemi" yang digelar Jumat (23/04/2021) mengatakan bahwa secara medis ada 2 jenis gangguan asam lambung. Penting untuk mengetahui apa penyebab naiknya asam lambung sebelum memutuskan aman/ tidaknya berpuasa.
Pertama, naiknya asam lambung karena kerusakan pada organ lambung. Dan kedua, naiknya asam lambung karena gangguan fungsi organ lambung.
Penyebab yang kedua (gangguan fungsi organ lambung) bisa terjadi akibat beberapa faktor seperti mengonsumsi makanan pedas, makanan yang sangat berlemak hingga sulit dicerna seperti cokelat dan kopi, juga makanan yang bersifat asam seperti santan.
"Jika ada gangguan asam lambung disebabkan karena ada kerusakan pada struktur organ lambung, harus diperiksa. Dokter akan melihat seberapa jauh gangguannya, barulah direkomendasikan boleh berpuasa atau tidak," ujar dr. Virly.
Di sisi lain, puasa baik dilakukan untuk kesehatan. Apa sebabnya?
"Saat berpuasa, kita makan lebih teratur yaitu hanya pada waktu sahur dan berbuka. Dan saat berpuasa, stres kita berkurang. Secara emosional lebih tenang, pikiran negatif berkurang, lebih adem. Kita banyak membaca Alquran hingga secara rohani dan jiwa menjadi lebih tenang. Karena itu puasa justru bisa mengurangi gangguan asam lambung," kata dr. Virly.
Untuk menghindari asam lambung naik ke kerongkongan yang terjadi pada GERD (gastroesophageal reflux disease) akibat melemahnya katup yang terletak pada kerongkongan bagian bawah, dr. Virly memberi saran. "Jangan makan mendekati waktu tidur. Ini adalah pengaruh dari pola hidup sehat. Pun di saat puasa, kita dianjurkan untuk tetap beraktifitas."
Amat penting untuk menjaga asupan gizi demi kesehatan pencernaan dan menjaga stamina tubuh. Kita bisa mengacu pada pedoman ISI PIRINGKU yang dibuat Kementerian Kesehatan yaitu makanan pokok, lauk pauk, buah, dan sayuran.
Terlebih di saat pandemi, kita lebih baik membuat sendiri hidangan yang kita makan agar bisa memastikan takarannya dan menjaga kualitas makanan yang kita konsumsi.
Mungkinkah absennya makan sahur bisa melukai sistem pencernaan? dr. Virly mengatakan hal itu tergantung apakah orang tersebut memiliki masalah lambung atau tidak. Memang betul, pengosongan lambung dari makanan padat seharusnya setelah 6 jam harus terisi lagi. Tapi selama puasa, perut kosong 14 jam atau bahkan lebih—seperti puasanya masyarakat di Eropa, itu semua tidak masalah.
"Tidak serta merta satu kali lupa sahur langsung melukai pencernaan. Namun harus hati-hati jika pernah ada luka organ lambung atau ada tumor di lambung. Usahakan jangan lupa sahur," kata dr. Virly.
Perlu diingat bahwa tubuh memiliki cadangan energi yang disimpan dari apa-apa yang kita konsumsi sebelumnya. Ketika kita merasa sangat kelaparan, maka dipecahlah sumber energi cadangan tersebut yang berupa lemak. Puasa tidak memengaruhi lambung, justru memperbaiki keluhan masalah lambung.
"Untuk menambah imunitas tubuh, konsumsilah madu dan kurma seperti dianjurkan Rasulullah saw. Perbanyak protein sehat yaitu protein nabati yang berasal dari sayur dan buah. Kurangi protein hewani, kurangi camilan yang tidak ada manfaatnya bagi tubuh, dan kurangi lemak," tegas dr. Virly.
KOMENTAR ANDA