KOMENTAR

“Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini telah memainkan ‘alat’ bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad (Al-Qur’an).” (Sir Hamilton Alexander Rosskeen Gibb FBA, peneliti dan orientalis asal Skotlandia)

Demikian terpadu dalam Al-Qur’an keindahan bahasa, ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan dan kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya. (dikutip dari Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an)

Bukan Gibb seorang yang terpesona dengan Al-Qur’an, hingga akhir masa, sampai sangkakala ditiupkan dan kiamat pun datang, milyaran manusia tidak akan henti mengagumi Al-Qur’an, dan larut dalam syiarnya, entah itu muslim ataupun nonmuslim.

Di Ranah Minang (Sumatera Barat), ada tradisi yang cukup meriah, sehingga kita dapat merasakan Ramadhan itu benar-benar bulan Al-Qur’an. Berbagai perlombaan digelar dalam rangka menyemarakkan syiar Al-Qur’an; mulai dari tilawatil Qur’an, hifzhil Qur’an, cerdas cermat Al-Qur’an, pidato kandungan Al-Qur’an dan banyak lagi perlombaan lainnya yang berhubungan dengan kitab suci.

Kemeriahan ini menjalar hingga ke pelosok-pelosok negeri, dari pagi hingga sore, dan malam hari lebih meriah lagi, pokoknya makin malam-makin asyik. Apabila mendekati sepuluh terakhir Ramadhan, berbagai acara ini makin heboh. Sering terjadi acara berlangsung hingga menjelang makan sahur, jadi mereka begadang demi syiar Al-Qur’an. Telah lama kegiatan meriah ini berlangsung, entahlah di masa pandemi begini, tampaknya agak berkurang.

Tentu saja, dan semoga saja, bukan hanya di Ranah Minang kemeriahan syiar Al-Qur’an ini berjaya. Karena sejatinya kaum muslimin berkewajiban dalam syiar Al-Qur’an.

Ada lagi tradisi yang tak kalah seru, yaitu tadarus Al-Qur’an, di mana kegiatan membaca Al-Qur’an bersama-sama berlangsung dari setelah shalat Tarawih hingga sahur tiba, karena mereka tidak tidur semalaman sehingga membuat masjid tetap ramai. Berkat tadarus ini pula mereka bisa khatam Al-Qur’an berkali-kali selama Ramadhan.

Kemeriahan syiar Al-Qur’an ini bukanlah kisah baru, sejak masa Rasulullah masih hidup, kaum muslimin telah menunjukkan kecintaan luar biasa terhadap Al-Qur’an. Sehingga Madinah bagaikan kota lebah, apalagi ketika malam menjelang terdengar dengung suara dari rumah-rumah yang mentadaruskan Al-Qur’an.

A. Khalil Jumah dalam buku Al-Quran dalam Pandangan Sahabat Nabi menerangkan, kehidupan para sahabat dengan Al-Qur'an sungguh akrab dan menyenangkan. Mereka membacanya setiap hari. Masing-masing telah mendapatkan bagian dari hidangan Allah. Mereka khatam dalam setiap minggu ataupun setiap bulan. Anas bin Malik apabila khatam Al-Qur'an, ia kumpulkan keluarga dan anak-anaknya, lalu berdoa bersama mereka.

Usman bin Affan biasa memulai pada malam Jumat dari surat Al-Baqarah sampai Al-Maidah, malam Sabtu dari surat Al-An'am sampai Hud, pada malam Ahad, surat Yusuf sampai surat Maryam, malam Senin dari surat Thaha sampai Al-Qashash, pada malam Selasa dari surat Al-Ankabut sampai surat Shad, pada malam Rabu dari surat Az-Zumar sampai surat Ar-Rahman dan selebihnya ditamatkannya pada malam Kamis, (Ittihaf Sadat al-Muttaqin).

Nah, Usman bin Affan itu konglomerat, dengan gurita bisnis level internasional. Mustahil dong kalau tidak sibuk! Akan tetapi Usman mampu khatam Al-Qur’an setiap enam hari. Subhanallah!

Maka pertanyaan berbalik kepada kita yang juga sibuk ini, kira-kira mungkinkah khatam Al-Qur’an minimal satu kali selama Ramadhan ini?

Insyallah bisa!

Ada berbagai trik yang dilakukan orang-orang sibuk agar tetap bisa khatam Al-Qur’an di bulan Ramadhan, di antaranya:

Pertama, pria yang berprofesi sebagai konsultan itu tidak akan beranjak dari sajadah shalat Subuhnya, kecuali telah membaca 1 juz Al-Qur’an, dengan demikian selama Ramadhan akan khatam seluruh Al-Qur’an. Dia menyukai suasana Subuh yang sejuk dan pikiran masih segar.

Kedua, seorang lelaki paruh baya, tidak akan tidur malam sebelum menuntaskan 1 juz Al-Qur’an, sehingga akan khatam selama Ramadhan. Dia menyukai malam, karena pikiran tenang setelah semua urusan pekerjaan kelar.

Ketiga, ada pula seseorang yang bangun jauh sebelum sahur, dia memang memilih tidur cepat. Setelah shalat malam dia menyelesaikan 1 juz Al-Qur’an hingga sebelum santap sahur. Dia menyukai keheningan dan memilih waktu itu.

Keempat, uniknya sosok yang satu ini, setiap selesai shalat lima waktu, dia membaca dua lembar Al-Qur’an, alhasil 10 lembar tamat dalam sehari semalam, dengan demikian dalam sehari ia mampu membaca 1 juz. Dengan demikian otomatis dirinya insyaallah khatam Al-Qur’an di penghujung Ramadhan.

Namun ada yang belum puas hanya dengan khatam atau menamatkan pembacaan Al-Qur’an, dari itu dia pun menghafal Al-Qur’an selama Ramadhan. Ketika menyetir mobil, saat terjebak kemacetan kota yang kian mengerikan, dia tidak emosi malah bersyukur karena bisa muraja’ah atau mengulang hafalannya.

Demikianlah, banyak jalan menuju cinta Al-Qur’an. Kita boleh saja tidak setuju dengan berbagai trik di atas, karena setiap orang berhak memilih cara tersendiri dalam mencintai kitab suci. Cara, tips, trik, metode dapat dibuat, akan tetapi yang terpenting adalah keteguhan niat dalam mencintai Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad, yang diturunkan Allah sebagai pedoman hidup bagi manusia, agar selamat di dunia dan akhirat. Rasulullah telah berabad-abad yang lalu wafat, akan tetapi kaum muslimin tidak pernah kehilangan arah, apalagi menyimpang dari kebenaran agamanya. Karena pedoman utama bagi umat Islam itu tetap ada, yakni Al-Qur’an.

Demikian pentingnya Al-Qur’an, maka wajarlah apabila demikian bersemangatnya umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai bulan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bukan kitab yang hanya untuk dipajang, melainkan dibaca, dipahami, dihayati dan diamalkan kandungannya. Oleh sebab itu, berbagai cara dalam menyiarkan Al-Qur’an merupakan langkah-langkah kebenaran yang insyallah diredai Ilahi.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur