Foto bersama tim IESA dan para pembicara dalam sesi webinar Limbah Plastik Pendukung Sumber Daya Ekonomi Sirkular Menuju Indonesia Hijau/ FARAH
Foto bersama tim IESA dan para pembicara dalam sesi webinar Limbah Plastik Pendukung Sumber Daya Ekonomi Sirkular Menuju Indonesia Hijau/ FARAH
KOMENTAR

MEMPERINGATI Hari Bumi Sedunia (World Earth Day), PT Unilever Tbk kembali mengingatkan pentingnya menyelamatkan bumi dari ancaman dan risiko bertambahnya populasi penduduk. Dampak langsung dari pertumbuhan penduduk itu antara lain meningkatnya jumlah sampah, termasuk sampah plastik, serta keterbatasan lahan untuk pengelolaan sampah.

Mengatasi hal itu, Ketua Umum Indonesian Enviromental Scientist Association (IESA) Yuki MA Wardhana, memperkenalkan pengelolaan sampah berbasis kolaborasi yang berpotensi meningkatkan sirkulasi ekonomi.

"Menjaga bumi dan memitigasi risiko terhadap bumi yang ditimbulkan oleh sampah tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah. Kolaborasi dengan seluruh pihak menjadi sangat penting. Kolaborasi yang apik akan menciptakan manfaat ekonomi dan mewujudkan sirkular ekonomi sehingga dapat membantu tekanan ekonomi yang melanda masyarakat saat ini," ucap Yuki.

"Ada tantangan dalam penerapan pengelolaan sampah berbasis kolaborasi ini, yaitu kesiapan rantai pasok sampah untuk menjadikannya komoditi pembangkit sirkular ekonomi," kata Prof Made Sudiana Mahendra dari Universitas Udayana, saat pembukaan Webinar Limbah Plastik Pendukung Sumberdaya Ekonomi Sirkular Menuju Indonesia Hijau, Kamis (22/4).

Menanggapi ini, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk Nurdiana Darus menyampaikan, Unilever yakin sampah plastik memiliki tempat sendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Untuk itu, perlu penerapan komitmen jangka panjang untuk ikut berkontribusi mengatasi permasalahan sampah plastik ini, mulai dari hulu ke hilir, sehingga ada manfaat ekonomi dan tidak berakhir mencemari lingkungan.

"Dengan semangat #MariBerbagiPeran, kami antusias bisa bergabung untuk bertukar ide dan inisiatif, berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, dari mulai pemerintah, akademisi, hingga masyarakat luas. Hal ini sejalan dengan strategi Unilever secara global, yaitu 'The Unilever Compass'," kata Nurdiana.

Kasubdit Sampah Spesifik dan Daur Ulang Kementerian Lingkungan Hidup RI Ari Sugasri menjelaskan, saat ini pengelolaan sampah di Indonesia dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama adalah minim sampah (less waste), pelayanan dan teknologi, serta sirkular ekonomi.

"Khusus sirkular ekonomi, konsep dasarnya adalah persoalan sampah dapat diselesaikan dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya serta pertumbuhan ekonomi dapat berkembang dengan baik. Konsep ini paling ideal, karena Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebagai negara yang sedang menuju negara maju," ujar dia.

 




Jaya Suprana: Resital Pianis Tunanetra Ade “Wonder” Irawan Adalah Peristiwa Kemanusiaan

Sebelumnya

Kemitraan Strategis Accor dan tiket.com Perkuat Pasar Perhotelan Asia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E