Kain Lurik/Net
Kain Lurik/Net
KOMENTAR

DALAM kehidupan masyarakat Jawa, tenun lurik merupakan salah satu wujud kekayaan budaya tradisional yang telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Kain tenun lurik memiliki kekhasan tersendiri. Kain tenun lurik merupakan kain dengan susunan unsur garis dan bidang yang bervariasi. Unsur garis dan bidang tersebut bukan semata bertujuan untuk keindahan secara visual atau visioplastis, namun juga memiliki keindahan secara filosofis.

Bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan tenun lurik berupa benang yang terdiri dari dua macam, yaitu benang lungsi yang biasa digunakan dalam wujud cones yang kemudian diolah dan dipersiapkan melalui proses penyetrengan, pencelupan, pencelupan, pengelosan.

Tenun lurik juga penuh dengan makna. Bermacam corak dengan variasi berbeda mengandung makna yang telah digariskan menjadi sebuah patron corak.

Patron-paton dalam masyarakat Jawa dianggap mempunyai kekuatan mistis sehingga penggunaanya terbatas pada waktu dan kepentingan tertentu.

Seperti corak liwatan, tumbar pecah, kembenan, dan nyampingan yang dipakai untuk upacara selamatan tujuh bulanan. Atau corak pletek jarak yang khusus dipakai oleh para bangsawan yang dianggap menambah kewibawaan pemakainya.

Motif lurik memang didominasi dengan garis-garis. Garis searah panjang kain disebut lajuran dan yang searah lebar kain disebut pakan malang. Adapun corak kotak-kotak disebut dengan istilah cacahan. Ketiga corak tersebut dikenal dengan istilah “lurik” di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Yuk, berkenalan dengan beberapa motif lurik dan makna yang terkandung di dalamnya.

Motif Kluwung

Kluwung adalah pelangi yang merupakan keajaiban alam dan tanda kebesaran Tuhan Sang Pencipta. Oleh sebab itu lurik corak kluwung dianggap sakral serta mempunyai tuah sebagai tolak bala. Secara simbolis, corak kluwung dilukiskan dengan garis-garis lebar beraneka warna bagaikan warna pelangi.

Motif Tuluh Watu

Tuluh Watu berarti ‘batu yang bersinar’ dan dianggap bertuah sebagai penolak bala. Motif ini biasanya dipergunakan pada upacara Ruwatan Sukerta dan sebagai pelengkap sesajen upacara Labuhan. Tuluh dapat berarti pula kuat atau perkasa.

Motif Tumbar Pecah

Motif Tumbar Pecah diibaratkan orang memecah ketumbar dan seharum aroma ketumbar. Motif ini digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni dengan maksud agar kelahiran berjalan dengan lancar semudah memecah ketumbar, ibu dan anak dalam keadaan selamat dan kelak anak menjadi anak yang berguna dan harum namanya.

Motif Sapit Urang

Motif sapit urang yang berarti jepit udang adalah ungkapan simbolis suatu siasat perang, yaitu musuh dikelilingi atau dikepung dari samping dengan kekuatan komando serangan berpusat di tengah. Motif ini umumnya dipakai sebagai busana prajurit keraton.

Motif Udan Liris

Motif udan liris artinya hujan gerimis. Karena hujan mengandung konotasi mendatangkan kesuburan, maka motif ini merupakan lambang kesuburan dan kesejahteraan.

Meskipun motif dasar kain tenun lurik hanya berupa garis-garis, namun kain tersebut menjadi kekayaan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa. Kain lurik dan pesan yang terdapat di dalamnya diharapkan lestari hingga generasi mendatang.




Hannie Hananto Bidik Pasar Afrika untuk Wastra Nusantara Go Global

Sebelumnya

Tren Terkini Kecantikan: Perawatan Gigi yang Jadi Sorotan, Terinspirasi dari Senyum Menawan Song Hye Kyo dan Zendaya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA