Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si  bersama sang istri, Andriani Primardiana saat menjadi narasumber dalam ZoomTalk Farah.id yang digelar Rabu (05/05/2021)/ FARAH
Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si bersama sang istri, Andriani Primardiana saat menjadi narasumber dalam ZoomTalk Farah.id yang digelar Rabu (05/05/2021)/ FARAH
KOMENTAR

KISAH para penyintas kanker yang berjuang dengan berbagai upaya untuk melawan penyakit mereka tentu menjadi inspirasi bagi sesama pasien kanker.

Demikian pula bagi masyarakat luas, kisah mereka menjadi informasi berharga yang bisa diterapkan bagi anggota keluarga yang tengah berjuang melawan kanker dan penyakit degeneratif lain.

Salah satu kisah inspiratif datang dari pasangan suami istri Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si (Guru Besar Kimia Farmasi Universitas Airlangga-Founder MEDITEA) dan Andriani Primardiana (Penyintas Kanker-Konsultan MEDITEA). Keduanya menjadi narasumber dalam ZoomTalk Farah.id bertajuk "Kupas Tuntas Manfaat Antioksidan dalam Teh Hijau Sebagai Pencegah & Pengobatan Penyakit Degeneratif" yang digelar Rabu (05/05/2021)

Pada Januari 2007, Ibu Andri didiagnosis menderita kanker paru. Ia yang terbiasa hidup dengan semangat tinggi dilanda kepanikan luar biasa yang membuat kondisinya justru semakin parah. Belum lagi ia banyak menerima masukan informasi yang tidak bertanggung jawab.

"Saya merasa gelisah dan sangat galau. Langsung drop. Saya membayangkan akan cepat mati... sementara anak-anak masih kecil,"kenang Ibu Andri.

Untunglah kepanikan tersebut tidak lama ia rasakan. Ia kemudian mengetahui bahwa kepasrahan seorang pasien kanker menjadi 50 persen dari proses kesembuhannya. Semakin stres seseorang, semakin intensiflah sel kanker membelah diri.

Saat itu kanker sudah menyebar ke berbagai organ tubuh. Ia dan sang suami yang mengetahui ihwal kesehatan tubuh tidak menyetujui tindakan pengangkatan sebagian paru-paru. Karena toh, hal itu tidak dapat membantu banyak.

Ibu Andri sebetulnya sudah bersiap diri untuk kemoterapi jika itu adalah ikhtiar maksimal yang bisa dilakukan. Namun ternyata diketahui ia alergi terhadap obat-obat anti-nyeri.

"Di situlah rencana Allah berjalan. Suami saya sebenarnya sudah mulai meneliti teh hijau sejak tahun 1996. Dalam berbagai risetnya, terlihat bahwa kanker otak, kanker paru, juga penyakit autoimun, bisa membaik. Mengapa tidak diaplikasikan untuk saya?" ungkap Ibu Andri.

"Sejak itu saya belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Saya belajar agama lebih dalam dan banyak bersedekah. Saya berusaha untuk bersyukur dan bahagia. Karena ketenangan itulah yang mempercepat proses penyembuhan setelah kita menerima kondisi kita," tambah Ibu Andri.

Prof. Djoko kemudian memproduksi hasil risetnya dalam bentuk MEDITEA (teh hijau dalam bentuk serbuk) dan ULTEA (ekstrak teh hijau dalam bentuk kapsul).

"Untuk diketahui, setiap hari tubuh kita diserang radikal bebas. Entah itu dari makanan juga polusi udara dalam bentuk asap knalpot maupun asap pabrik. Dan ketika kita dalam keadaan stres, maka tubuh kita juga bisa memproduksi radikal bebas," ujar Prof. Djoko.

Serangan radikal bebas dapat membuat 5000 kerusakan pada sel-sel tubuh kita. Jika ada satu saja kerusakan yang tidak bisa diperbaiki, itu akan menyebabkan tubuh kita terkena penyakit.

Untuk melawan radikal bebas, kita memerlukan antioksidan. Dalam teh hijau, diketahui ada kandungan EGCG (Epigallocatechin Gallate) yang memiliki antioksidan 100 kali lebih kuat dari vitamin C dan 25 kali lebih kuat dari vitamin E.

Selama ini masyarakat memang mengenal teh hijau sebagai sumber antioksidan. Namun mengonsumsi teh hijau sembarangan juga bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Keluhan yang banyak muncul adalah naiknya asam lambung, selain sakit kepala hingga defisiensi zat besi.

Terkait hal itu, Prof. Djoko menegaskan bahwa MEDITEA yang dihasilkan dari riset ilmiah memiliki keunggulan yaitu tinggi EGCG dan tanpa kafein, juga tanpa ampas. "Justru efektif jika diminum dalam keadaan perut kosong. Yang menimbulkan keluhan asam lambung adalah kandungan kafein yang tinggi."

Lebih jauh lagi, Prof. Djoko menjelaskan bahwa kandungan EGCG tersebut menjadi perisai bagi tubuh kita. Dengan mengonsumsinya setiap hari, serangan radikal bebas yang datang setiap hari bisa dilawan. Khasiat tinggi EGCG mengoptimalkan fungsi tubuh dalam melawan setiap virus yang datang.

Ketika seseorang terkena kanker, artinya sistem imun tubuhnya pernah melemah. Maka EGCG akan memperbaikinya.

Alhamdulillah, hingga saat ini makin banyak orang yang bisa membaik kondisinya dengan rutin mengonsumsi MEDITEA dan ULTEA. Termasuk juga untuk penyakit diabetes, darah tinggi, dan mendukung penurunan obesitas. Kandungan kapsul yang diproduksi Prof. Djoko setara dengan 3 sachet serbuk teh hijaunya. Untuk saat ini, produksi masih terbatas untuk kalangan dekat saja.

Bagi pasien kanker dan penderita penyakit degeneratif lain, bisa mengonsumsi 2 – 3 kapsul per hari. Setelah kondisi mulai membaik, dosisnya bisa diturunkan menjadi 1 kapsul setiap hari.

"Teh hijau dalam MEDITEA dan ULTEA bukan menghilangkan gejala penyakit melainkan menyelesaikan akar masalahnya," jelas Ibu Andri.

Bisakah MEDITEA dikonsumsi oleh orang sehat?

"Sangat dianjurkan. Karena EGCG adalah raja dari segala raja antioksidan yang akan menjadi perisai untuk mencegah tubuh terkena penyakit. Untuk mereka yang tidak ada keluhan, cukup mengonsumsi 1 – 2 sachet MEDITEA per hari," ujar Prof. Djoko.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health