Keindahan kain tenun sutra Bugis yang makin banyak digunakan untuk berbagai fashion item/ Net
Keindahan kain tenun sutra Bugis yang makin banyak digunakan untuk berbagai fashion item/ Net
KOMENTAR

KEKAYAAN wastra Nusantara tak diragukan lagi keberagamannya. Setiap daerah memiliki keindahan corak, warna, dan jenis kain yang unik dan mengagumkan. Tak terkecuali Sulawesi Selatan.

Budaya menenun kain sutra di Sulawesi Selatan sudah ada sejak tahun 1400 dengan garis vertikal dan horizontal. Lalu pada tahun 1600, mulai berkembang corak kotak-kotak seiring masa kejayaan Islam di Sulawesi Selatan.

Kain Sutra Bugis adalah kain yang ditenun dari benang yang berasal dari ulat sutra atau kokon. Sutra dalam bahasa bugis disebut sabbe merupakan hasil kerajinan tenun yang menjadi kebanggaan suku Bugis.

Dahulu kain sutra bugis hanya dipakai oleh pasangan baju Bodo atau pakaian tradisional Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Bugis, corak disebut balo yang berarti hiasan atau warna. Corak menyiratkan simbol dan sarat kandungan nilai filosofi yang estetik dan eksotik.

Awalnya, kain tenun sutra Bugis hanya mempunyai dua corak yaitu balo lobang kotak-kotak besar dan balo renni kotak-kotak kecil. Balo lobang berbentuk kotak-kotak dengan ukuran lebih besar yang berwarna merah keemasan atau merah terang. Dulunya corak ini dipakai pria Bugis yang belum menikah. Sedangkan balo renni berbentuk kotak-kotak kecil yang dihasilkan dari paduan garis-garis vertikal dan horizontal berwarna cerah. Dulunya corak ini dipakai wanita Bugis yang belum menikah.

Seiring waktu, corak kain sutra Bugis menjadi lebih bervariasi. Berikut ini adalah di antaranya.
1.    Corak yang tabu untuk dibicarakan yaitu corak moppang. Sarung ini harus diletakkan di tempat yang aman, bahkan dijemurnya pun harus hati-hati.
2.    Corak bombing yang bukan kotak namun segitiga sama sisi yang diibaratkan ombak. Jika segitiganya lebih runcing dinamakan corak cobo (runcing).
3.    Corak balo tettong (bergaris atau tegak) yang hanya berbentuk garis-garis vertikal.
4.    Corak Makkalu (melintang dan melingkar) hanya terdapat garis melintang.

Kain sutra Bugis memiliki filosofi pada warnanya.
1.    Warna merah atau hijau diperuntukkan bagi kaum ningrat atau bangsawan.
2.    Warna muda dan lembut seperti merah muda atau hijau muda menandakan bahwa pemakainya adalah seorang gadis remaja.
3.    Warna hitam hanya dipakai oleh para orang tua maupun wanita yang sudah berkeluarga.
4.    Warna putih digunakan oleh inang pengasuh yang berada di lingkungan kerajaan.
5.    Warna cerah seperti jingga menandakan bahwa pemakainya adalah seorang janda.

Seiring berjalannya waktu, kain sutra Bugis telah mengalami pergeseran nilai. Akibatnya, penggunaannya di tengah masyarakat sudah tidak sesuai aturan zaman dahulu. Pergeseran makna yang paling mencolok dari kain tenun sutra Bugis terlihat jelas dari hasil tenun yang kini digunakan tak hanya untuk bahan pakaian tapi juga tas atau suvenir. Aturan untuk corak pun sudah tidak seketat dahulu.

Keindahan kain tenun sutra Bugis yang makin banyak digunakan untuk berbagai fashion item, diharapkan mampu memikat hati generasi muda dan lebih dikenal tak hanya di Tanah Air tapi juga di mancanegara.

 




Exploring The Soul of Nature, Koleksi NINA NUGROHO tentang Perempuan sebagai Penjaga Alam dan Budaya

Sebelumnya

Salwa Tanara Suguhkan Koleksi Terinspirasi Budaya Cina Benteng Tangerang Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA