Prof. Zubairi Djoerban
Prof. Zubairi Djoerban
KOMENTAR

DOKTER Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Hematologi Onkologi Medik yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Prof. Zubairi Djoerban mengaku kerap ditanya pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar pandemi namun cukup menggelitik hatinya.

Salah satu pertanyaan yang mendapat perhatian Prof. Zubairi adalah pertanyaan "Kapan pandemi berakhir?"

"Saya jawab, kemungkinan bersifat 'permanen'. Dalam arti tidak akan hilang. Skenarionya, bisa menjadi endemik atau seperti flu musiman—tapi masih bisa merenggut nyawa," tulisnya dalam Instagram @profesorzubairi.

Terkait herd immunity alias imunitas populasi yang selama ini digadang-gadang dapat meminimalkan hingga meniadakan penularan Covid-19, menurut Prof. Zubairi, hal itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat.

Menurut Prof. Zubairi, angka herd immunity yang dibutuhkan di atas 70 persen. Saat ini, Indonesia masih berada sangat jauh di bawahnya.

Prof. Zubairi mencontohkan virus penyebab cacar yaitu virus variola yang telah mencapai herd immunity.

Bertambah sulit mencapai herd immunity juga diakibatkan Indonesia kerap mengalami kenaikan angka kasus Covid-19 pascaliburan, termasuk liburan Idul Fitri yang baru usai.

Pada tanggal 26 Mei 2021, Prof. Zubairi mengunggah data Satgas Penanganan Covid-19 yang memperlihatkan bahwa pekan ini sepuluh provinsi mencatat kenaikan tingkat keterisian rumah sakit (BOR) yang cukup signifikan. Padahal sebelumnya, angka BOR nasional sedang berada di titik terendah, yakni 29 persen dari total kapasitas rumah sakit.

Prof. Zubairi juga menekankan kehati-hatian menyerap informasi terkait Covid-19 yang memang masih bisa berubah-ubah. Termasuk seputar klaim keampuhan dan efektivitas vaksin.

Di antaranya adalah tentang penggunaan vaksin AstraZaneca. Dalam Twitternya, Prof. Zubairi menyampaikan vaksin AstraZaneca tidak boleh digunakan untuk mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

Demikian pula terhadap klaim bahwa vaksin Pfizer dan AstraZaneca efektif untuk cegah Covid-19 bergejala akibat varian baru asal India. Hal tersebut masih harus dibuktikan lewat jurnal kedokteran (ilmiah)—yang hingga saat ini, menurut Prof. Zubairi, belum ia temukan.

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News