KOMENTAR

"BAHWASANYA seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)" (Qs An-Najm: 39-40)

Seorang mukmin sejati tidak mengenal kata kecewa, menyerah, atau putus asa. Apapun yang telah diusahakannya akan menjadi amal kebaikan yang pahalanya tersimpan baik di sisi Allah.

Jika gagal, ia akan sanggup ridha, ikhlas, tetap berprasangka baik dan berpikir positif. Hatinya ia gantungkan kepada Allah, sedangkan raganya digunakan untuk berikhtiar dan berusaha.

Dalam hatinya, ia memiliki keyakinan penuh bahwa kegagalan hanyalah bagian kecil dari kesuksesan besar yang akan dicapai di masa mendatang.

Untuk mencapai hal demikian, diperlukan motivasi agar tetap kuat melangkah dan konsisten di jalur kebaikan. Ada tiga mantra kehidupan yang bisa dijadikan pegangan guna menggapai energi positif tersebut.

1. "Man Jadda Wajada"
Artinya: Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Buang jauh-jauh kalimat, "aku tidak bisa", apalagi saat belum mencoba dan masih tidak mau berupaya.

"Man Jadda Wajada" adalah mantra pertama yang penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus beraniencoba dan bersungguh-sungguh jika ingin mencapai sesuatu.

Tidak ada sebuah keberhasilan tanpa sebuah upaya. Jadi, mari berhenti menyalahkan keadaan atau orang lain. Kita ambil tanggung jawab sendiri atas nasib kita, serta bersungguh-sungguh dalam menggapai asa.

2. "Man Shobaru Shafira"
Artinya: Siapa yang bersabar akan beruntung.

Kehidupan kadangkala berjalan tidak sesuai harapan dan orang-orang di sekeliling pun tidak selamanya bersikap menyenangkan. Jadikanlah kesabaran sebagai kunci kekuatan dalam menghadapi kenyataan. Tidak ada gunanya meratapi penderitaan.

Percayalah, Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Boleh jadi ujian itu untuk menaikkan derajat manusia.

3. "Man Yuzro' Yashud"
Artinya: Siapa yang menanam akan menuai

Jika seseorang menanam kebaikan, ia akan memanen kebaikan pula. Begitupun sebaliknya.

Karenanya, sudah seharusnya kita berhati-hati dalam bertindak.

Contoh sederhananya saja, jika kita berbuat seenaknya pada orang lain, maka mereka juga akan demikian. Begitu pula dengan alam, jika kita merusaknya maka bencana yang akan datang.

 




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur