Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MARILAH kita bersama terkagum-kagum, terpesona kepada Luqman. Dia itu bukanlah politikus, apalagi selebritis. Namun ada alasan teramat kuat untuk menyanjung dirinya.

Luqman hanyalah manusia biasa, bahkan dirinya tergolong pelayan dan ada yang mengatakan dirinya hamba sahaya. Imam Ahmad bin Hanbal dalam buku Zuhud Cahaya Qalbu menyebutkan, dari Khalid Ar-Rab’y, dia berkata, “Luqman adalah seorang hamba sahaya Habasyah yang juga berprofesi sebagai tukang kayu.”

Meski pun Luqman manusia biasa, justru namanya diabadikan menjadi nama salah satu surah Al-Qur’an, bahkan Allah menggelarinya Al-Hakim, artinya bijaksana, maka lengkaplah sebutannya menjadi Luqmanul Hakim, Luqman yang bijaksana.

Banyak sih orang yang bijak (banyak bicara), orang-orang yang bijak sana-sini, sibuk membicarakan orang lain atau banyak bercakap tetapi hampa makna alias gemar mengeluarkan perkataan sia-sia. Lain halnya dengan bijaksana, tidaklah banyak orang yang mampu meraih karakter manusia unggul ini.

Adapun ucapan Luqman adalah nasihat yang menjadi petuah berharga. Bahkan Tuhan pun mengutip kata-katanya yang laksana untaian mutiara. Dari itu pula pembahasan mengenai Luqman akan terus aktual hingga akhir masa.

Sejumlah ulama punya beberapa pendapat mengenai dirinya, ada yang mengatakan Luqman itu pelayan atau hamba sahaya, atau bekerja sebagai tukang kayu. Jelas sekali profesi atau pun status sosialnya tidak dapat dibuat berlagak sama sekali. Akan tetapi Allah membanggakan Luqman dalam Al-Qur’an, kenapa ya?

Karena Luqman adalah tokoh pendidikan sepanjang masa, dari sebelum Islam hadir ke dunia hingga nanti kiamat tiba, ajaran edukasi dari Luqman tidak akan pernah usang. Dan yang menakjubkan, kalimat-kalimat pendidikan dari Luqman itu yang diabadikan Allah di dalam kitab suci.

Adil Musthafa Abdul Halim pada bukunya Kisah Bapak dan Anak Dalam Al-Qur'an menerangkan, Al-Qur'an hanya menyebutkan bahwa dia diberikan kebijaksanaan yang menunjukkan bahwa Allah Swt. mengilhamkan kepadanya kebijaksanaan dan ucapan yang penuh nasihat.

Surah Luqman ayat 13, yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,” ayat ini mengisyaratkan bahwa apa yang dia sampaikan kepada anaknya adalah pengajaran bukan penyampaian syariat.

Hanya nabi atau rasul yang menyampaikan syariat, manusia biasa tidak. Ini hendaknya menjadi kabar yang melegakan bagi kita, karena menegaskan Luqman bukan nabi tetapi orangtua bijaksana yang mendidik anaknya dengan baik.

Berhubung Luqman manusia biasa, maka sepatutnya terbitlah rasa percaya diri kita meneladaninya. Sebab ternyata tidak harus menjadi nabi dulu untuk mampu bersikap bijaksana, dan manusia biasa pun bisa menjadi orangtua yang mendidik sebaik mungkin.

Apabila merangkum dari surah Luqman ayat 13-19, akan diketahui pokok pendidikan Luqman terhadap anaknya ada dua perkara yang utama:

Pertama, hablumminallah atau hubungan dengan Allah. Anak-anaknya diajar dan dibimbing oleh Luqman untuk membangun hubungan yang baik dengan Tuhan.

Caranya dengan, di antaranya jangan terlibat dalam syirik karena syirik itu kezaliman paling besar, berbuat baik kepada ibu bapak yang terkhusus lagi kepada ibu yang mengandung dan melahirkan, setiap amalan akan dibalas Allah meski hanya seberat biji sawi, dan laksanakanlah shalat.

Kedua, hablumminannas atau hubungan dengan sesama manusia. Bukan hanya dengan Tuhan, tetapi kecerdasan sosial itu juga tercermin dengan membina hubungan antar manusia, di antaranya adalah suruhlah manusia berbuat yang ma’ruf, cegahlah mereka daripada yang mungkar, bersabarlah terhadap apa yang menimpa, janganlah memalingkan wajah karena sombong, jangan angkuh, sederhana dalam berjalan, dan lunakkanlah suara.

Dan yang tak kalah menarik perhatian, adalah Luqman yang tatkala menyeru anaknya senantiasa dengan lemah-lembut, sehingga menimbulkan kesan bagi anaknya dan petuah-petuah Luqman pun lekas diterima oleh hati mereka.

Kemudian yang paling utama dari pribadi Luqman ialah kesadarannya dalam mendidik anak. Status sosial sebagai hamba sahaya atau profesi sebagai tukang kayu tetap membuatnya sadar kalau pendidikan itu amatlah penting. Sehingga Luqman demikian telaten dalam mendidik, utamanya dalam memberikan pengajaran tentang kehidupan.

Uang berlimpah dapat menyediakan fasilitas pendidikan yang megah buat anak; sekolah bagus, guru berkualitas, sarana jempolan, berlengkapan belajar yang canggih dan lain sebagainya. Apakah dengan itu semua telah lepas tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak?

Tidak juga begitu.

Perlu diingat hakikat pendidikan bukanlah transfer knowledge melainkan transfer value, nilai-nilai kebaikan apa yang orangtua tanamkan di lubuk sanubari anak-anaknya? Karena nilai-nilai yang ditanamkan itulah yang membuat anak bertumbuh sebagai manusia unggul. Keberhasilan pendidikan orangtua terlihat dari karakter yang tercermin dari pribadi anaknya.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur