NEGERI Jiran Malaysia mengalami rata-rata kasus Covid-19 harian lebih tinggi daripada yang terjadi di India. Angka kasus meningkat sejak 1 April. Sebagai gambaran, data Johns Hopkins University menunjukkan bahwa ada 211 kasus baru setiap hari per satu juta penduduk dibandingkan dengan di India yaitu 165 kasus setidaknya selama 7 hari berturut-turut.
Sebagai perbandingan, jumlah populasi Malaysia adalah 32 juta penduduk sementara populasi India sebesar 1,4 miliar penduduk.
Hingga minggu lalu, Kementerian Kesehatan telah melaporkan 78 kasus varian Afrika Selatan dan 6 kasus varian India. Artinya, Malaysia juga diserang varian virus corona yang lebih menular dan parah.
Kyodo News melaporkan angka kasus harian tembus angka 8.000 pada 28 Mei. Tak hanya tingkat infeksi yang meningkat, tingkat kematian juga terus melonjak yaitu 40 hingga lebih dari 50 kematian per hari. Hingga saat ini lebih dari 2.552 orang meninggal.
Dengan angka kasus yang terus meningkat, sistem perawatan kesehatan negara berada dalam keadaan genting. Tingkat hunian ruang ICU nasional pada minggu terakhir bulan Mei tercatat lebih dari 91 persen, seperti dikatakan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah.
Di Selangor dan Penang, ICU sudah penuh dan beberapa rumah sakit terpaksa menggunakan bangsal normal. Pihak militer di Penang bahkan membangun ‘ICU lapangan’ di kompleks rumah sakit. Sedangkan dua rumah sakit di Selangor terpaksa menggunakan kontainer sebagai kamar mayat darurat.
“Pelayanan kesehatan negara berada di ambang kehancuran dan harapan kita berada di tangan para tenaga kesehatan sebagai garda depan. Bantulah kami dengan tetap di rumah,” tulis Noor Hisham dalam laman Facebook.
Kondisi tersebut memaksa pemerintah mengumumkan lockdown nasional mulai 1 hingga 14 Juni, seperti dinyatakan PM Muhyiddin Yassin.
Selama lockdown, sektor sosial dan ekonomi akan ditutup, kecuali untuk pelayanan penting. Hingga saat ini Malaysia telah bergulat dengan gelombang ketiga virus corona sejak September lalu, dipicu oleh pemilihan negara bagian di Sabah. Berbagai kampanye, penerbangan pulang pergi, dan pertemuan politikus dan masyarakat, menjadi sarana penyebaran virus.
Pada bulan Januari, keadaan darurat diumumkan. Perjalanan antarnegara bagian dilarang. Sekolah ditutup, namun sempat dibuka kembali pada bulan Maret lalu ditutup kembali pada bulan ini.
Sebelumnya, sebagian besar perekonomian tetap berjalan seperti biasa. Tapi sejak 12 Mei, perjalanan antar distrik tidak diperbolehkan untuk memotong jam operasional bisnis dan mendorong perusahaan mematuhi kebijakan WFH. Diketahui bahwa sebagian besar klaster Covid-19 berasal dari tempat kerja.
Menurut Kementerian Kesehatan Malaysia, dari 593 klaster aktif saat ini, 39% nya dengan hampir 17.000 kasus aktif berasal dari tempat kerja.
Pemerintah mengatakan bahwa lockdown total akan merugikan perekonomian negara. Terbukti pada Maret tahun lalu, Malaysia kehilangan miliarian ringgit per hari dan banyak anggota masyarakat kehilangan pekerjaan hingga dua bulan setelah lockdown berakhir.
Sebelum pengumuman lockdown, Kementerian Keuangan memperkirakan ekonomi Malaysia akan tumbuh antara 6 – 7,5 persen tahun ini. Namun seperti dikatakan Noor Hisham, yang terburuk mungkin belum berakhir. Dan angka kasus harian terus mencapai rekor tertinggi.
Our World in Data menunjukkan bahwa bukan kali ini saja Malaysia menyalip India dalam data kasus harian per satu juta orang. Kondisi serupa pernah terjadi antara 15 November tahun lalu dan 27 Maret tahun ini, seperti dilaporkan CNBC.
Malaysia tengah berjuang melawan lonjakan kasus Covid-19 sejak beberapa bulan terakhir tahun 2020. Pemerintah sempat memperketat pembatasan beberapa kali tetapi tidak pernah memberlakukan lockdown total.
Malaysia telah menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, AstraZaneca, dan Sinovac. Pemerintah merencanakan vaksinasi untuk 80% populasi hingga akhir tahun ini. Namun sejauh ini, diketahui baru sekitar 5% penduduk yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Tak hanya Malaysia dan India, Argentina dan Nepal juga menjadi negara yang melaporkan rekor peningkatan Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir. Menurut data Johns Hopkins University, peningkatan infeksi terjadi karena kemajuan vaksinasi tidak merata di seluruh dunia.
KOMENTAR ANDA