ADA tiga hal yang menurut Founder Internasional Networking for Humanitarian (INH) sekaligus Aktivis Kemanusiaan dan Jurnalis di Gaza, Muhammad Husein, Lc bisa disumbangkan untuk menolong rakyat Palestina.
Hal itu disampaikan Husein saat menjadi narasumber dalam diskusi bertema "Situasi Terkini di Bumi Palestina Pascagencatan Senjata" yang digelar Komunitas Jurnalis Berhijab melalui Instagram Live @komunitasjurnalisberhijab dan @jinanmusliim (29/05/2021) dipandu Hafiyah Yahya (Jurnalis Metro TV/ Anggota KJB Indonesia).
Apa saja tiga kekuatan tersebut?
Bantuan pertama adalah doa. Inilah sebuah kekuatan maha dahsyat yang menjadi pamungkas untuk menenangkan segala ketakutan dan kengerian yang membayangi detik demi detik kehidupan warga Palestina. "Suatu keharusan bagi seorang muslim untuk mendoakan rakyat Palestina," ujar Husein.
Bantuan kedua adalah informasi. Menurut Husein, saat ini pertempuran informasi juga tak kalah sengit. Masyarakat perlu tahu bahwa banyak media mainstream yang berada di dalam genggaman zionis. Dan satu-satunya kekuatan yang mampu mengalahkan dominasi dan hegemoni media mainstream adalah "people power" yang dihasilkan citizen journalism.
"Untuk menjadi agen berita Palestina, kita mesti mengangkat isu Palestina kapan saja dan di mana saja. Jangan hanya memberitakan Palestina setelah terjadi serangan besar. Dan sebelum menyuarakan Palestina, pastikan diri kita memiliki informasi yang cukup tentang kondisi Palestina, agar bisa menjadi penerang bagi orang-orang di sekitar kita. Jangan malas membaca literatur," ucap Husein.
Adapun bantuan ketiga adalah donasi. Saat ini, masyarakat di seluruh dunia dapat berdonasi dengan lebih mudah karena semakin banyak lembaga kemanusiaan yang membuka penggalangan bantuan bagi rakyat Palestina. Yang terpenting kita bisa memastikan kredibilitas lembaga tersebut.
"Saya membuat revolusi dalam hubungan antarlembaga kemanusiaan. Saya tidak ingin lembaga saya (INH) menjadi lembaga yang eksklusif dan kompetitif. Jangan sampai terjadi rebutan donatur. Saya justru menginginkan lembaga-lembaga kemanusiaan bisa saling bersinergi dan berkolaborasi. Dengan begitu insya Allah kita akan melihat jejak yang mendalam dari bantuan rakyat Indonesia di Palestina," tegas Husein.
Mekanisme pendistribusian donasi yang diterima INH dilakukan berdasarkan jenis donasi. Husein menegaskan ia bekerja sama dengan kementerian-kementerian di Palestina dalam menyalurkan bantuan dari Indonesia.
Ia mencontohkan jika bantuan yang datang berupa obat-obatan, ia dan tim INH mengontak Kementerian Kesehatan Palestina. Atau jika yang datang adalah donasi beasiswa, maka ia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan di sana juga beberapa rektor universitas yang ia kenal baik.
"Selain sembako, kami juga memberikan voucher belanja senilai 50 USD untuk satu keluarga. Mereka bisa membeli barang-barang yang sangat diperlukan," kata Husein tentang jenis bantuan yang biasa disalurkan untuk warga Gaza.
Terkait kemelut di Gaza, Husein menegaskan bahwa kecaman demi kecaman yang selama ini dialamatkan kepada Israel tidak dapat mencegah serangan Israel terhadap rakyat Palestina. "Masyarakat dunia harus bisa menekan Israel dengan langkah lebih tegas. Misalnya dengan melakukan sweeping turis Israel atau pemboikotan produk-produk Israel. Tindakan konkret tersebut penting untuk membuat efek jera."
Jika selama ini Gaza dikenal sebagai daerah rawan serangan udara, maka Tepi Barat sesungguhnya tak kalah mencekam. Seperti diketahui, Sheikh Jarrah menjadi kota yang diperebutkan. Menurut Husein, militer Israel dengan bebas masuk ke permukiman, leluasa mengobrak-abrik dapur di dalam rumah penduduk, dan menangkap penduduk.
Dengan berubahnya eskalasi serangan dari Gaza ke Tepi Barat, terasa lebih menakutkan karena warga Palestina di sana tidak memiliki tentara yang melindungi mereka. Entah sudah berapa ribu warga Palestina yang ditangkap militer Israel, termasuk perempuan dan anak-anak.
Husein mencontohkan satu aturan yang mendiskriminasi warga Palestina di Tepi Barat. "Warga Palestina yang ketahuan keluar rumah membawa pisau, akan langsung ditembak mati. Sedangkan warga Israel diperbolehkan membawa senjata otomatis dengan alasan untuk membela diri."
Pascapertempuran 11 hari, banyak aktivis asing yang kesulitan kembali masuk ke Gaza. Di awal terjadi serangan, hampir semua aktivis asing sudah dievakuasi untuk keluar dari Palestina. Husein mengaku ia juga ditawari KBRI Yordan dan Mesir untuk evakuasi. Namun menurutnya, rakyat Palestina amat membutuhkan timnya membantu mereka bertahan dan bangkit dari kehancuran perang.
Saat ini, Gaza memiliki kendala untuk berbenah diri. "Saya bertemu banyak orangtua yang mengatakan anak-anak mereka masih terkubur di bawah reruntuhan rumah. Jasad mereka belum bisa dievakuasi karena keterbatasan alat berat," kata Husein.
Tak hanya soal alat berat, kurangnya pasokan BBM juga menjadi masalah. Sumur-sumur air tidak bisa beroperasi karena tidak ada bahan bakar. Masalah BBM, listrik, juga air bersih tentu menjadi sangat krusial saat ini.
Muhammad Husein adalah relawan asal Indonesia yang tergabung dalam Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Namanya pernah memenuhi pemberitaan media Tanah Air karena pada 17 Agustus 2014, Husein menikahi perempuan Palestina bernama Jinan Ar-Raqb yang berasal dari Khan Younis, selatan Gaza. Mereka telah dikaruniai dua anak.
Keduanya kini dikenal sebagai pasangan yang aktif menyuarakan isu kebebasan Palestina di berbagai platform media sosial. Jinan merupakan seorang video creator yang juga mahasiswi jurnalistik.
Lewat saluran YouTube dan Instagram, Husein dan Jinan tak henti memberikan informasi seputar Palestina. Tak hanya memotret perang dan kehancuran di Gaza, keduanya juga membahas kehidupan sehari-hari dalam sudut pandang penduduk Indonesia dan Palestina.
Lantas mengapa setelah puluhan tahun mengalami perang, rakyat Palestina selalu terlihat penuh semangat menjalani kehidupan mereka bahkan masih bisa tersenyum saat ditangkap tentara Israel?
KOMENTAR ANDA