Aktivis pendidikan anak perempuan ternama Malala Yousafzai semakin meroket setelah baru-baru ini tampil di sampul majalah bergengsi Vogue Inggris edisi Juli mendatang/Net
Aktivis pendidikan anak perempuan ternama Malala Yousafzai semakin meroket setelah baru-baru ini tampil di sampul majalah bergengsi Vogue Inggris edisi Juli mendatang/Net
KOMENTAR

NAMA aktivis pendidikan anak perempuan ternama Malala Yousafzai semakin meroket setelah tampil di sampul majalah bergengsi Vogue Inggris edisi Juli mendatang. 

Dalam kutipan profil terlampir di majalah tersebut, wanita lulusan Universitas Oxford yang sekarang mulai menjadi produser TV pemula itu semakin vokal menyuarakan kampanyenya akan hak pendidikan bagi anak perempuan di seluruh dunia. 

Diketahui bahwa Malala merupakan aktivis muda yang pernah ditembak kepalanya oleh Taliban lantaran lantang berkampanye untuk pendidikan anak perempuan di negara asalnya, Pakistan. 

Untungnya nyawanya berhasil diselamatkan. Tembakan Taliban itu pun tidak menyurutkan semangat perjuangannya. 

Karena kegigihannya itulah, pada usia 17 tahun, dia menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian termuda. 

Kini, di usianya ke-23 tahun, dia tetap menyuarakan hal yang sama, namun dengan ruang lingkup yang lebih luas. Suaranya kini lebih banyak diidengar di dunia. 

Dalam kutipan profil di Vogue, Malala bercerita soal persahabatannya dengan aktivis perempuan muda lainnya, seperti Greta Thunberg (aktivis lingkungan) dan juru kampanye pengendalian senjata Emma Gonzalez.

"Saya tahu kekuatan yang dibawa oleh seorang gadis muda di dalam hatinya," ujarnya. 

Potret Malala di Majalah Vogue yang tampak ciamik, dipotret oleh seorang fotografer andal, Nick Knight. 

Dalam potret di sampul majalah, dia tampil mengenakan pakaian rancangan designer Stella McCartney berwarna  merah cerah dan kerudung khas dengan warna senda. 

Sementara kutipan potret lain di dalam majalah, dia digambarkan mengenakan kemeja merah dan celana linen, oleh desainer Uruguay Gabriela Hearst, yang dipasangkan dengan kerudung biru yang kontras.

Dalam wawancara tersebut, Yousafzai menggambarkan jilbabnya sebagai simbol budaya bagi dirinya sebagai orang Pashtun, yang merupakan kelompok etnis mayoritas Muslim Sunni dari mana dia berasal.

"Gadis Muslim atau gadis Pashtun atau gadis Pakistan, ketika kita mengikuti pakaian tradisional kita, kita dianggap tertindas, atau tidak bersuara, atau hidup di bawah patriarki," katanya. 

"Saya ingin memberi tahu semua orang bahwa Anda dapat memiliki suara Anda sendiri dalam budaya Anda, dan Anda dapat memiliki kesetaraan dalam budaya Anda," tegasnya.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women