DUA wilayah Palestina, yakni Jalur Gaza dan Tepi Barat memiliki karakter dan cara yang berbeda dalam berjuang melawan Israel.
Dalam program diskusi mingguan RMOL World View yang diselenggarakan pada Rabu (2/6), aktivis kemanusiaan asal Indonesia di Gaza yang juga merupakan Direktur International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein memaparkan sudut pandanganya soal perbedaan perjuangan yang dilakukan warga Palestina di wilayah kantung Gaza dan wilayah Tepi Barat.
"Tepi Barat ini adalah yang wilayah yang secara de jure tampak 'merdeka', karena memiliki pemerintahan resmi, ada politisi di sana, ada menteri-menteri, bahkan ada kepolisiannya," ujar Husein.
Sementara di Jalur Gaza, sambungnya, secara de jure adalah wilayah 'terjajah'. Meskipun pemerintahannya sudah sinkron ke pemerintahan di Tepi Barat, namun ada blokade dan batasan-batasan logistik yang diberlakukan oleh Israel.
"Namun secara de facto, justru kebalikannya," ujarnya.
"Di Tepi Barat, meskipun ada pemerintahan, faktanya. di sana tidak memiliki 'kebijakan' dan terjajah secara total. Mereka tidak bisa bergerak bebas ataupun memiliki wewenang," ujarnya.
Sementara di Gaza, papar Husein, meski secara de jure terjajah, namun secara de facto ini adalah wilayah yang sangat bebas dan merdeka.
"Warga Gaza bisa beraktifitas ke sana sini tanpa takut. akan ditangkap oleh tentara zionis," sambung Husein yang juga berprofesi sebagai wartawan lepas tersebut.
Dengan dua karakter yang berbeda itu, perjuangan yang dilakukan warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza juga memiliki bentuk yang berbeda, meski sama-sama tujuannya adalah melawan Israel.
"Di Tepi Barat, perjuangan hanya bisa menyerukan, mengajak dunia untuk ikut solidaritas. Hanya sekedar verbal," kata Husein.
"Sementara di Gaza, mereka memahami bahwa untuk berunding dengan Israel, mereka hanya memiliki satu cara. Karena penjajah ini (Israel) tidak paham dengan bahas aperundingan normal. Satu-satunya bahasa yang dipahami oleh penjajah ini (Israel) adalah kekerasan," paparnya.
"Jadi perjuangan di Gaza adalah 'berunding' dengan cara melemparkan roket atau rudal balasan ke Tel Aviv," demikian Muhammad Husein.
KOMENTAR ANDA