SALAH satu tantangan besar yang dihadirkan era informasi digital adalah bagaimana menata hati agar tidak mudah iri melihat kesuksesan orang lain. Dalam hal ini, kita bicara tentang 'perfect life' yang ramai disajikan di media sosial.
Kehidupan orang lain yang tampak indah di layar ponsel tak jarang membuat kita terpuruk. Banyak orang yang kita kenal dulunya biasa-biasa saja, kini hidup mereka bertabur kesuksesan. Kita pun tanpa sadar mengecilkan diri sendiri dan memuja apa yang dimiliki orang lain.
Karena itulah selama mata terjaga, kita hendaknya tak boleh mengendurkan rasa syukur. Jangan pernah lengah untuk selalu bersyukur. Syukur hendaknya selalu terpatri di dalam hati, di dalam pikiran, di dalam ucapan, juga di dalam perbuatan.
Agar semangat bersyukur selalu bergelora, kita mesti memahami hikmah terindah yang Allah berikan di balik bersyukur.
Pertama, bersyukur akan menambah nikmat Allah. Dan siapa yang kufur (ingkar) terhadap nikmat Allah, akan mendapatkan azab-Nya. Hikmah yang sering kita dengar ini terdapat dalam surah Ibrahim ayat 7.
Kedua, bersyukur menambah kepuasan batin yang akan bermuara pada kebahagiaan. Ketika kita tak juga merasa puas dengan semua pencapaian duniawi, itu artinya kita tak pernah menghadirkan syukur dalam setiap perjalanan kehidupan kita.
Ketiga, bersyukur menjauhkan hati dari iri dan dengki. Ingatlah bahwa beragam penyakit hati akan memangsa siapa pun yang enggan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan padanya. Jangan hanya memandang ke 'atas', lebih banyaklah menunduk untuk melihat betapa beruntungnya kita.
Keempat, bersyukur mendatangkan barakah. Banyak atau sedikit bukan jaminan seseorang dapat merasa cukup. Orang yang berkecukupan sejatinya adalah orang yang hidupnya penuh barakah. Dan barakah itu hanya bisa didatangkan dari sikap bersyukur.
Kelima, bersyukur mendekatkan kita kepada surga. Karena bersyukur bukan semata mengucapkan "alhamdulillah" kala mendapat rezeki. Seperti yang dikatakan Abu Hazim al-A'raj, "Siapa yang bersyukur dengan lisannya, namun tidak bersyukur dengan anggota tubuh lainnya, itu seperti seseorang yang mengenakan pakaian. Ia ambil ujung pakaian saja, tidak ia kenakan seluruhnya. Maka pakaian tersebut tidak bermanfaat baginya untuk melindungi dirinya dari dingin, panas, salju, dan hujan."
Bersyukur bukan ucapan sebatas lisan tanpa melibatkan hati dan perbuatan nyata. Ada amal saleh yang terkandung dalam bersyukur. Menyadari bahwa karunia Allah Swt. begitu besar, maka kita sudah sepantasnya tak hanya sendirian menikmati karunia itu, namun berbagi serta bermanfaat untuk sesama.
Dan tentu saja bersyukur akan mengubah jati diri kita.
Tak ada lagi rasa iri melihat gemilangnya kehidupan orang lain. Tak ada lagi buruk sangka terhadap keberhasilan orang lain. Kala ujian datang, kita bersyukur dengan menghayati ucapan "alhamdulillah ala kulli hal" yang mengalir dari lisan. Bersyukur membuat diri kita fokus melihat betapa Allah begitu menyayangi kita dengan rahmat-Nya yang tak terbatas.
KOMENTAR ANDA