IMAM al-Utsaimin ra. berkata, "Kebiasaan Rasulullah saw. jika ada perkara dunia yang membuat beliau terkagum, beliau mengucap dzikir: Labbaik, innal 'aisya 'aisyul akhirah (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah. Sesungguhnya kehidupan sebenarnya adalah kehidupan akhirat.)" HR. Bukhari & Muslim.
Menurut Al-Juwaini dalam Nihayatul Mathlab, Imam Syafi'i mengatakan bahwa Rasulullah saw. mengucapkan dzikir tersebut pada momen yang paling membahagiakan maupun pada momen yang paling menyulitkan.
Marilah kita melapangkan hati dari segala 'dentuman' dunia yang mendebarkan.
Ketika kita melafalkan Labbaik, innal 'aisya 'aisyul akhirah, kita memohon pada Allah agar hati kita bisa terlepas dari simpul yang mengikatnya kuat kepada dunia.
Dzikir itu untuk meniadakan kekaguman berlebih manakala mendapatkan kegemilangan duniawi. Sekaligus dzikir yang menenangkan jiwa ketika ujian demi ujian menghampiri kehidupan kita.
Pandemi sejatinya membuahkan kesadaran bahwa hidup adalah karunia Allah yang harus diperjuangkan. Suka dan duka yang kita lalui adalah rahmat-Nya, bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena itu kita tak boleh lalai apabila merasa dilimpahkan kesuksesan dan pujian dari banyak orang. Pun sebaliknya, tak boleh terpuruk saat ujian hidup datang dan datang lagi.
Labbaik, innal 'aisya 'aisyul akhirah.
Kalimat dzikir itu adalah penguat batin kita.
Saat bisnis yang kita rintis perlahan-lahan menghasilkan keuntungan yang makin membesar, dzikir itu membuat kita tetap membumi. Tak lupa membantu keluarga, tetangga, juga fakir miskin yang membutuhkan. Tak ada rasa jumawa merasa diri paling hebat. Tak ada kesombongan yang membuat kita merasa lebih tinggi derajatnya dari orang lain.
Atau ketika kita banyak dipuji orang karena penampilan fisik yang memukau, atau kecerdasan yang di atas rata-rata, dipuji karena memiliki keluarga yang harmonis dan ideal, dipuji karena sudah melanglang buana ke berbagai penjuru dunia, atau dipuji karena memiliki karya yang fenomenal, kita tidak akan larut dalam berbagai pujian manusia tersebut.
Demikian pula saat kesulitan menghampiri kita. Ada orangtua yang mulai menyerah dengan anak yang sulit diatur. Ada istri atau suami yang bingung karena pasangannya terlihat 'berbeda' dan merasa rumah tangganya terasa hambar.
Ada yang mengalami pukulan finansial yang sangat berat. Ada yang tiba-tiba menderita penyakit kronis hingga tak bisa lagi menjalankan kehidupan dengan normal. Ada orangtua kehilangan anak, ada anak kehilangan orangtua akibat Covid-19.
Labbaik, innal 'aisya 'aisyul akhirah.
Mengingat dunia sebagai persinggahan sementara adalah cara satu-satunya agar hati kita tak terikat pada dunia.
Yang perlu kita lakukan adalah berikhtiar sekuat tenaga agar tujuan kita diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah dapat berjalan beriringan dengan usaha kita bertahan hidup dengan cara yang ihsan. Lalu memasrahkan hasilnya kepada Sang Maha Mengetahui.
Dan kita pasti akan mampu berdiri kuat tanpa bisa tertipu oleh dunia.
KOMENTAR ANDA