Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

DARI awal Covid-19 "menyerang", gejala yang dimunculkan hampir mirip dengan flu biasa. Demam, batuk pilek, disertai pegal-pegal di beberapa bagian tubuh.

Namun sejatinya, jika dicermati betul ada beberapa hal yang membedakan gejala flu biasa dengan gejala flu Covid-19. Apabila gejala tersebut bisa ditangani lebih dini, kemungkinan pasien terkonfirmasi mengalami gejala berat yang berujung pada kematian, bisa diminimalisir.

Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD KGEH dalam sebuah kesempatan menjelaskan, sebenarnya mudah membedakan gejala flu biasa dengan flu akibat Covid-19. Intinya sebenarnya ada pada kejujuran pasien.

Pertama, gejala yang ditimbulkan bukan batuk pilek biasa. Flu pada penderita Covid-19 biasanya disertai dengan demam tinggi di atas 37,5 derajat Celcius, disertai pegal dan lemas.

Tunggu hingga 2 hari. Jika kondisi seperti itu terus berlangsung, padahal sudah mengonsumsi obat-obatan, harus berhati-hati.

"Selanjutnya, ingat kembali selama seminggu terakhir kita bertemu dengan siapa saja. Jika bertemu dengan beberapa orang dalam kondisi tanpa masker atau prokes yang benar, waspada flu tersebut adalah gejala Covid-19. Tapi kalau dalam seminggu tidak pergi dan bertemu siapapun, bisa jadi itu adalah flu biasa," papar Prof Ari.

Pantau terus perkembangan flu. Apabila batuk semakin sering, lemas bertambah, disertai muncul gejala baru seperti sakit tenggorokan, anosmia, dan lainnya, segera lakukan tes PCR.

"Ingat, jangan tunggu sampai sesak napas! Sebab sesak napas itu adalah indikasi gejala berat," tegas dia.

Sebab, lanjutnya, ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah virus yang tinggi yang menginfeksi seseorang justru sebelum gejala muncul. Virus tersebut akan bertahan selama satu minggu, jadi segera lakukan tes swab dan pengecekan darah.

Waspadai Musim Pancaroba

Guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RS Cipto Mangunkusumo ini memaparkan, masyarakat harus mewaspadai musim pancaroba saat ini. Sebab saat suhu udara tidak stabil, imunitas tubuh kita akan mudah turun.

"Ada tiga hal yang menyebabkan infeksi mudah menyerang, yaitu daya tahan tubuh yang menurun, jumlah virus, dan faktor lingkungan. Nah, faktor lingkungan ini sangat cepat memengaruhi turunnya imunitas tubuh seseorang," kata Prof Ari.

"Tubuh manusia memiliki termo. Jika cuaca berubah begitu cepat, termo ini membutuhkan waktu untuk menyesuaikan. Itulah mengapa saat musim pancaroba perbaiki kualitas asupan makanan, tidur yang cukup, dan kelola stres dengan baik," tegasnya.

Sebenarnya, perubahan cuaca ini tidak bisa dikaitkan dengan penyebaran Covid-19 yang saat ini sedang tinggi-tingginya. Yang benar, musim pancaroba menjadi penyebab menurunnya imunitas tubuh seseorang. Sementara saat ini, jumlah virus sedang tinggi.

"Tipsnya sederhana sekali. Selain Prokes ketat, makan dan minum yang bergizi. Buah dan sayur merupakan hal terpenting, karena di sana sumber vitamin. Ada vitamin C, ada serat, mineral, dan unsur air," saran pria kelahiran Jakarta, 19 Juni 1966 ini.

Selanjutnya tidur yang cukup, minimal 6 jam sehari. Lakukan manajemen stres dengan baik, cerdas menerima berita, jaga jarak, dan yang tak kalah penting selalu siapkan jaket untuk melindungi diri dari perubahan suhu yang tiba-tiba.

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health