BERBAGAI pihak mengritik saya gemar kisah horor, sehingga sering menampilkan sisi pagebluk Corona yang menyeramkan. Sementara kondisi psikososial masyarakat termasuk saya sendiri ketika menghadapi pagebluk Corona sudah dalam suasana bukan cuma stress namun sudah distressed akibat angka statistik terpapar Corona terus meningkat.
Setiap saat saya menanti giliran saya terpapar Corona bahkan meninggalkan dunia fana ini. Sebenarnya saya sadar bahwa sangat banyak kisah sukses warga Indonesia dalam menghadapi prahara termasuk pagebluk Corona.
Dan sudah berulang kali saya tulis sejak pagebluk Corona mulai merajalela di Tanah Air Udara tercinta pada awal tahun 2020.
Rukun Warga dan Rukun Tetangga
Kearifan leluhur Nusantara dari Sabang sampai Merauke pada hakikatnya telah diwariskan sehingga sudah mendarah-daging pada masyaralat Indobesia sampai masa kini, yaitu semangat gotong royong yang terpadu ke dalam falsafah berat-sama-dipikul-ringan-sama-dijinjing sebagai pedoman kebersamaan yang kemudian terwujud pada lembaga yang disebut sebagai Rukun Warga (RW) kemudian terbagi menjadi Rukun Tetangga (RT).
Sebagai mantan Ketua RT, saya siap menjadi saksi hidup untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat RW dan RT sebagai soko guru alias pilar utama negara dan bangsa Indonesia.
Tanpa RW dan RT mustahil pemerintah Indonesia mampu menatalaksana kehidupan masyarakat untuk bernegara dan berbangsa selaras dengan sila ke tiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
Dapat diyakini bahwa pada masa bersama melawan angkara murka virus Corona setiap RW dan RT di segenap pelosok Indonesia pasti masing-masing memiliki kisah sukses masing-masing dalam saling bahu-membahu, saling membantu, saling menolong secara gotong-royong berjuang menyelamatkan kesehatan bahkan nyawa sesama warga dan sesama tetangga dari cengkeraman virus Corona beserta segenap sanak-mutasi yang kian ganas menerkam manusia.
Bonus
Sebagai bonus bagi para pembaca yang berkenan sudi membaca naskah ini sampai di sini, saya berbagi sebuah kisah menarik obat distressed yang disebarluaskan oleh sastrawan, kartunis, pembatik merangkap mahaguru Kearifan Jawa bagi saya yaitu Darminto Odios Sudarmo sebagai berikut:
Beberapa RW bergotong-royong menyelenggarakan acara pergelaran konser amal menghimpun dana untuk mengurangi derita para korban pagebluk Corona.
Sebagai para bintang tamu diundang para grup-band popular seperti Cokelat, Ungu, Gigi serta tak kurang dari sang mahabintang Rhoma Irama.
Mendadak panitia penyelenggara heboh akibat Rhoma marah-marah, sehingga tidak mau tampil di konser amal untuk kemanusiaan itu.
Panitia penyelenggara panik mencari apa sebenarnya yang bikin marah Rhoma Irama.
Akhirnya ketahuan bahwa yang bikin Rhoma Irama marah adalah teks spanduk promosi konser amal tanpa tanda koma namun dilengkapi rentetan tanda seru berbunyi “SAKSIKAN!!! GIGI RHOMA IRAMA UNGU DAN COKELAT !!!”.
KOMENTAR ANDA