RASULULLAH saw. tidak pernah mencontohkan perbuatan buruk dibalas dengan perbuatan buruk. Peristiwa di negeri Thaif menjadi salah satu bukti keluhuran dan kelembutan akhlak Rasulullah. Beliau membalas perlakuan kasar dari para penduduk Thaif dengan doa agar Allah memberi hidayah untuk mereka memeluk Islam.
Sama kiranya ketika fitnah menghampiri.
Dalam sebuah kajian, Ustaz Khalid Basalamah ditanya tentang apa yang harus dilakukan bila ada orang yang memfitnah kita? Jawabannya: maafkanlah.
Bukankah orang itu telah menyebarkan berita bohong tentang kita? Bukankah kehidupan kita telah dirusak olehnya? Bukankah kita mengalami banyak kerugian akibat fitnah orang tersebut?
Tetap, maafkanlah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah kepada seorang hamba yang bersifat pemaaf." (HR Muslim)
Bila kita mengaku beriman kepada Allah Swt. dan mengimani kekuasaan Allah dengan sepenuh hati, maka kita akan mengetahui bahwa Allah Swt. Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. Allah tahu yang sesungguhnya terjadi. Allah tahu kebenaran yang tak terlihat oleh mata manusia.
Jika kita beriman kepada Allah, kita memahami bahwa setiap perbuatan ada ganjarannya. Ada pahala yang menanti perbuatan baik, ada azab yang menunggu perbuatan buruk. Maka tak perlulah kita sewot setengah mati atau membalas fitnah dengan fitnah. Karena bila itu yang kita lakukan, hanguslah pahala sabar kita. Posisi kita pun bergeser; dari orang yang terzalimi menjadi orang yang menzalimi. Kita justru merugi.
Karena itulah kita hendaknya memohon kepada Allah agar hati menjadi tenang. Tidak terganggu dengan tajamnya lidah orang yang suka mencaci maki, suka mencela, dan suka mencari keburukan kita.
Biarkanlah malaikat Raqib dan Atid menjalankan tugas mereka. Mencatat amal baik dan kejahatan. Fitnah hanya akan menghabiskan amal saleh bahkan bisa membuat bangkrut pelakunya, lantaran pahalanya sedikit demi sedikit berpindah kepada orang yang ia fitnah.
Ingin membuat klarifikasi, boleh saja. Seperlunya. Mengemukakan kebenaran. Tidak perlu 'menyerang' balik orang yang memfitnah.
Setelah itu mari menjaga batasan dalam berhubungan tanpa harus memutus silaturahim. Bagaimana pun juga, seburuk-buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sifat baik. Kita hanya membenci perilaku buruk orang tersebut lillahi ta'ala, bukan membenci keseluruhan sosoknya secara pribadi.
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, mohonlah perlindungan kepada Allah, sungguh, Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Fushshilat: 34 – 36)
Ketika kita mengeluhkan masalah kita kepada Allah, kita akan menangis takjub jika mengetahui bagaimana Allah menyelesaikan kesulitan kita dengan cara-Nya.
Bagi kita, permasalahan itu mungkin tidak hilang dalam sekejap. Membutuhkan waktu. Tapi jika kita mau berpikir dan mengambil hikmah, setiap proses perjuangan menyelesaikan masalah akan membuat kita belajar dari kesalahan dan menjadikan diri kita lebih baik.
Insya Allah.
Jadi, maafkanlah.
KOMENTAR ANDA