Vaksin Covid-19/ Net
Vaksin Covid-19/ Net
KOMENTAR

SEJUMLAH negara di dunia tertarik untuk memberi kombinasi vaksin Covid-19 kepada warga mereka. Penyuntikan vaksin dari 2 produsen tersebut dilakukan setelah penelitian Com-COV di Universitas Oxford memperlihatkan bahwa kombinasi dosis vaksin Pfizer dan vaksin AstraZaneca mampu memberi perlindungan yang baik terhadap virus corona.

Setidaknya ada 15 negara yang sedang mempertimbangkan dan telah memutuskan untuk memberi kombinasi vaksin kepada warga mereka.

Dilansir The Indian Express, negara-negara tersebut adalah Bahrain, Kanada, Cina, Finlandia, Prancis, Norwegia, Rusia, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Thailand, dan Indonesia.

Kanada contohnya, siap merekomendasikan vaksin AstraZaneca untuk dosis pertama dan vaksin Pfizer atau Moderna untuk dosis kedua.

Di Spanyol, Menteri Kesehatan Carolina Darias mengatakan bahwa mereka yang berusia di bawah 60 tahun yang telah mendapat dosis pertama AstraZaneca bisa mendapatkan vaksin AstraZaneca atau Pfizer sebagai dosis kedua. Keputusan itu didasari penelitian Carlos III Health Institute yang menemukan bahwa vaksin AstraZaneca + Pfizer aman dan sangat efektif.

Sementara di Rusia, Komite Etik Kementerian Kesehatan meminta lebih banyak data kepada AstraZaneca sebelum menyetujui uji klinis kombinasi vaksin AstraZaneca dan Sputnik V.

Di Inggris, pemberian dosis kedua yang berbeda dari vaksin pertama bisa dilakukan dalam keadaan tertentu misalnya jika stok vaksin pertama kosong. Temuan awal studi di Universitas Oxford yang dipublikasikan pada bulan Mei memperlihatkan bahwa orang yang divaksinasi Pfizer dilanjutkan AstraZaneca atau sebaliknya, lebih memungkinkan mendapat gejala umum pascavaksinasi (KIPI) ringan hingga sedang dibandingkan orang yang menerima 2 dosis vaksin yang sama.

Adapun di Amerika Serikat, CDC dalam panduannya di bulan Januari menyatakan memungkinkan kombinasi Pfizer/BioNTech dan Moderna dalam jangka 28 hari antara vaksinasi, seperti dilaporkan CNBC.

Thailand juga akan mengombinasikan vaksin Sinovac dan AstraZaneca untuk bisa mengendalikan varian delta. Dikutip dari Channel News Asia, Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul menjelaskan bahwa warga Thailand akan divaksinasi AstraZaneca setelah dosis pertama Sinovac. Demikian pula untuk tenaga kesehatan yang telah mendapat 2 dosis Sinovac akan mendapat booster berupa vaksin AstraZaneca atau vaksin m-RNA buatan Pfizer/BioNTech.

Di negara kita, vaksin Moderna sudah tiba di Tanah Air untuk menjadi booster (dosis ketiga) yang diprioritaskan bagi tenaga kesehatan. Seperti diketahui, para nakes sebelumnya telah mendapatkan 2 dosis vaksin Sinovac.

Sikap Uni Eropa

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) memutuskan untuk tidak merilis rekomendasi yang berhubungan dengan kombinasi vaksin Covid-19, terutama untuk booster.

EMA berpendapat bahwa saat ini masih terlalu dini untuk memastikan urgensi pemberian dosis penguat. Namun EMA sepakat bahwa dibutuhkan 2 dosis untuk memberi perlindungan maksimal dari varian delta.EMA memprediksi varian delta akan menyebabkan mayoritas kasus Covid-19 di Eropa pada akhir Agustus.

Peringatan WHO

WHO memberi peringatan tentang potensi berbahaya kombinasi vaksin Covid-19 yang berasal dari berbagai produsen. Menurut WHO, ide tersebut berpotensi membahayakan nyawa manusia. Terlebih lagi masih sedikit data yang menunjukkan dampak dari kombinasi vaksin.

"Ini tren yang berbahaya karena kita tidak memiliki data dan bukti (efektivitas) mencampur vaksin," ujar Kepala Peneliti WHO Dr. Soumya Swaminathan seperti dimuat Reuters (13/07/2021).

"Ini akan menjadi situasi kacau di berbagai negara jika warga mereka mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mendapatkan vaksin dosis kedua, ketiga, dan keempat," tambahnya.

Menurut Dr. Soumya, masyarakat tidak bisa memutuskan sendiri. Yang bisa memutuskan adalah lembaga kesehatan, berdasarkan data yang tersedia. Dunia masih harus menunggu lebih banyak data dari hasil penelitian kombinasi dan kecocokan vaksin yang berbeda. Termasuk juga hasil evaluasi seputar imunogenisitas dan keamanan kedua vaksin.

Kelompok Penasihat Ahli Strategis WHO pada bulan Juni menyatakan bahwa vaksin Pfizer dapat digunakan sebagai dosis kedua setelah dosis pertama AstraZaneca—jika vaksin AstraZaneca tidak tersedia.

Pemicu Ide Kombinasi Vaksin

Sejumlah negara diketahui siap memberikan kombinasi vaksin kepada warga mereka untuk menekan laju penyebaran varian delta. Pertimbangan tersebut diambil setelah mengetahui hasil penelitian Com-COV yang diadakan Universitas Oxford tentang penggunaan vaksin Pfizer dan AstraZaneca. Penelitian tersebut diikuti 850 volunteer berusia 50 tahun ke atas.

Kepala Peneliti Matthew Snape menyatakan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan fleksibilitas penggunaan vaksin. Meski demikian, penelitian tidak merekomendasikan penggunaan yang lebih banyak dari jadwal yang telah disetujui secara klinis.

Dilaporkan Reuters (29/06/2021), penelitian Com-COV memperlihatkan bahwa dua dosis vaksin sudah sangat efektif melawan penyakit parah maupun mengurangi risiko rawat inap, bahkan yang diakibatkan varian delta. Pemberian vaksin diberikan pada jangka 8 sampai 12 minggu.

Ada beberapa kondisi yang terlihat dalam penelitian Com-COV: Vaksin AstraZaneca yang dilanjutkan vaksin Pfizer mampu menginduksi antibodi dan respons sel T lebih tinggi dibandingkan pemberian vaksin Pfizer diikuti AstraZaneca. Kombinasi vaksin dapat memicu antiobodi lebih tinggi dibandingkan 2 dosis vaksin yang sama (Astrazaneca).




Dukung Presiden Prabowo Bawa Ahli Medis India ke Indonesia, Andi Arief: Kasihan Rakyat Kecil Tidak Punya Jalan Keluar untuk Transplantasi Organ

Sebelumnya

Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News