Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SALAH satu informasi yang meresahkan hingga membuat sebagian masyarakat enggan divaksinasi adalah tudingan bahwa vaksin Covid-19 justru dapat menyebabkan hasil PCR atau antigen menjadi positif. Informasi menyesatkan tersebut masih banyak beredar di media sosial.

Sebenarnya, apakah syarat hasil PCR atau antigen bisa terdeteksi positif?

Untuk membuat hasil tes PCR atau antigen menjadi positif diperlukan virus penyebab Covid-19 dalam jumlah yang signifikan. Jumlah virus yang signifikan itu hanya bisa terdeteksi bila ada virus yang hidup dan virus yang bereplikasi (memperbanyak diri).

Pada vaksin Sinovac dan Sinopharm, yang disuntikkan ke dalam tubuh kita adalah virus inaktif. Artinya, virus sudah tidak bisa menginfeksi sel dan virus sudah tidak bisa melakukan replikasi.

Seperti dinyatakan WHO, vaksin dari virus inaktif tidak menyebabkan orang yang diberi suntikan menjadi terpapar Covid-19 dan terdeteksi positif dalam tes PCR atau antigen.

Sedangkan pada vaksin m-RNA (Pfizer dan Moderna), diketahui bahwa RNA virus penyebab Covid-19 tidak bisa memperbanyak diri dan tidak mengandung virus penyebab Covid-19 yang hidup.

Itu artinya, vaksin m-RNA juga tidak menyebabkan seseorang mengidap Covid-19 maupun terdeteksi positif saat dites PCR atau antigen.

Demikian pula dalam kandungan vaksin AstraZaneca, diketahui bahwa DNA virus tidak memperbanyak diri dan tidak ada SARS-CoV-2 yang hidup.

Lalu mengapa ada kasus swab PCR positif setelah seseorang divaksinasi?

Orang tersebut terdeteksi positif karena terinfeksi virus penyebab Covid-19 bukan karena vaksin.

Infeksi bisa terjadi sebelum vaksinasi dengan gejala yang baru muncul setelah dilakukan vaksinasi. Atau, infeksi terjadi setelah vaksinasi. Sampai saat ini belum diketahui pasti kemampuan vaksin untuk mencegah seseorang terinfeksi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa vaksin Sinovac, Sinopharm, AstraZaneca, Pfizer, dan Moderna tidak menyebabkan orang terinfeksi dan sakit Covid-19 serta tidak menyebabkan hasil swab PCR menjadi positif dan tidak meningkatkan risiko terinfeksi Covid-19, demikian dipaparkan penggiat edukasi Covid-19 yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Jepang, dr. Adam Prabata melalui @adamprabata.

 

 

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News