Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI membawa kabar duka yang teramat menyakitkan. Salah satunya seperti yang dialami aktor kawakan Anwar Fuady. Tiga hari setelah sang istri, Hj. Farida, meninggal dunia akibat Covid-19 (18/07/2021), Ferry Senapati—putra Anwar—menyusul ibunda tercinta.

Banyak juga kasus yang kita temui di lingkungan kita sehari-hari. Tak hanya ibu dan anak seperti yang dialami Anwar Fuady, ada pula suami istri yang meninggal hanya selang beberapa hari.

Ada yang kondisinya memburuk saat dirawat di RS, ada pula yang awalnya bergejala ringan tapi dalam hitungan hari isolasi mandiri justru kondisinya berangsur memburuk.

Sejauh mana faktor stres bisa memperburuk kondisi seorang pasien Covid-19, terutama yang disebabkan karena kehilangan orang-orang tercinta?

Hingga hari ini, kita melihat bahwa jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri (isoman) terus bertambah. Pada umumnya, mereka yang menjalani isoman adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) dan pasien dengan gejala ringan.

Dalam diskusi virtual Bincang Sehat RMOL.ID dengan tema "Isoman Aman Tanpa Panik", dr. Siti Chandra Widjanantie, Sp.KFR – Dokter Rehabilitasi RSUP Persahabatan menjelaskan bahwa nomor satu yang harus dilakukan setelah mendapati diri kita positif Covid-19 adalah tenang. "Harus tenang agar fatality bisa diminimalkan," ujar dr. Widjanantie.

Ketika seseorang merasa cemas, maka terjadi kekacauan pada berbagai sistem dalam tubuh, yang kemudian mengganggu fungsi berbagai sistem tersebut. Jika ingin memperbaiki kekacauan, tak ada jalan lain selain otak dan hati harus tenang.

Meski demikian, tentu bukan suatu hal mudah menerima kabar duka terlebih jika mereka yang meninggal dunia termasuk 'ring 1' yang menjadi inner cycle kita. Baik itu kakek atau nenek, ayah atau ibu, suami atau istri, juga anak.

Seperti peribahasa "sudah jatuh tertimpa tangga", perasaan siapa tidak bertambah hancur jika dalam kondisi sakit fisik karena Covid-19 kita juga harus kehilangan orang-orang tercinta yang paling dekat.

Jika stres akibat kehilangan tersebut sangat mendalam dan membekas hebat, menurut dr. Widjanantie, bisa dilakukan autohypnosis (self-hypnosis), hipnoterapi, maupun pemberian obat-obatan di bawah pengawasan dokter.

Jika tidak bisa mengendalikan stres, kondisi tubuh bisa memburuk. Terlebih lagi bila kita bukan termasuk pribadi yang sehat—misalnya jarang berolahraga atau jika ternyata kita memiliki komorbid yang selama ini tidak terdeteksi.

dr. Widjanantie mengatakan bahwa penyakit komorbid yang terbilang sangat berbahaya adalah diabetes. Gula adalah makanan bagi patogen apa pun, tak hanya bagi SARS-CoV-2.

Karena itulah masalah diabetes harus segera diselesaikan. "Don't feed the virus. Kendalikan diabetes karena komorbid ini yang paling mengganggu semua sistem saraf dan sendi. Diabetes membangkitkan semua titik lemah kita, mengeluarkan 'deposit' penyakit dalam tubuh yang selama ini tidak disadari," katanya.

Jika kita tenang, kita memiliki kepasrahan terhadap apa yang terjadi. Tubuh manusia sejatinya memiliki kekuatan untuk memperbaiki apa yang salah dan mengusir elemen yang tidak seharusnya berada dalam tubuh.

"Sistem perbaikan tubuh kita biasanya bekerja malam hari, pukul 10 malam hingga pukul dua jelang dini hari. Kalau kita begadang hingga pagi—tidak menggunakan durasi itu untuk beristirahat, bagaimana tubuh bisa memperbaiki diri?

Mengingat saat ini sulit menghindari kabar duka, pasien Covid-19 sekalipun berada di rumah tetap harus memantau perkembangan kesehatan per hari. Mencatat dengan baik perubahan yang terjadi.

Pada hari pertama hingga hari ketiga isolasi mandiri, dr. Widjanantie menyarankan untuk lebih banyak tidur dan berdiam. Biarkan tubuh menyiapkan diri untuk melawan serangan virus.

Setelah hari kelima isoman, bisa terjadi pemburukan seperti sesak. Karena itu, sesegera mungkin melakukan rontgen paru. Dan karena kondisi psikis amat mengganggu sistem perbaikan dalam tubuh, dr. Widjananti mengingatkan kita agar tidak terlewat melaksanakan evaluasi per hari kesehatan kita.

 

 




Kolaborasi Kementerian PPPA & Kementerian Komdigi Siap Perkuat Literasi Digital Perempuan dan Anak

Sebelumnya

Menag Nasaruddin Umar: Gerakan Kepramukaan Madrasah Harus Dikembangkan Demi Menyiapkan Generasi Adaptif dan Kreatif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News