KEJADIAN ini langsung viral, tentang bocah mungil sebatangkara isolasi mandiri di rumah. Dukanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya meninggal dunia terkena Covid-19 di rumah sakit, giliran ibunya yang lagi hamil pun menyusul ke alam baka, juga karena virus tersebut. Bocah lelaki itu pun mendadak yatim piatu.
Ada paman atau tetangga yang berbaik hati, menaruh makanan dan minuman di depan pintu rumah. Bocah itu yang berinisiatif mengambil, dan menyuap sendiri. Ada pula orang yang tak tega melihat kesendiriannya, lalu mendirikan tenda di depan rumah, berjaga-jaga kalau anak malang itu butuh bantuan. Para pemuda desa bergerak menggelar pengumpulan dana.
Terpujilah mereka yang memuliakan dan melindungi kehidupan anak-anak yatim piatu. Sebab mereka telah membentangkan jalan menuju surga-Nya.
Tetapi kejadian yang menggetarnya bulu roma ini bukan satu-satunya. Sekali lagi diulang; bukan satu-satunya lho!
Lebih dari 77 ribu nyawa telah melayang akibat pandemi di Indonesia. Angka yang besar itu tidaklah berdiri sendiri, karena di baliknya ada istri yang menjanda, suami yang menduda, dan tentunya anak-anak yang menjadi yatim piatu.
Keberadaan ayah bunda sebagai tulang punggung keluarga saja seringkali belum optimal melenyapkan beratnya beban ekonomi di masa pandemi.
Apatah lagi bagi anak-anak yang kehilangan orangtua, bagaimana mereka menegakkan masa depan perutnya?
Yatim piatu bukan sekadar sebutan, melainkan berkelindan disana kemalangan, kesedihan dan kemuraman perihal masa depan. Apalah daya anak-anak yang belum paham dengan kerasnya kehidupan itu?
Begitu status yatim atau piatu itu melekat maka seketika tanggung jawab berada di pundak kaum muslimin. Begitu mereka menjadi yatim piatu, maka jadilah para lelaki muslim sebagai ayah dan para perempuan muslimah sebagai ibu dari anak-anak malang itu.
Ayat-ayat Al-Qur’an memuliakan anak yatim dan bukan kebetulan pula Nabi Muhammad juga yatim piatu. Dan perlindungan terhadap anak yatim piatu itu ditegaskan di antaranya dalam surat Adh-Dhuha ayat 9, yang artinya, “Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Nabi Muhammad melalui lisan sucinya bersabda, “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini. Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu.” (HR. Bukhari)
Kafilul yatim ialah orang yang menanggung segala perkara yang diperlukan oleh anak yatim -baik makan, minum, kediaman, pakaian dan pendidikannya, juga lain-lainnya pula.” (dikutip dari Riyadhus Shalihin (Taman Orang-Orang Sholeh) Kitab Hadits Shahih karya Imam An-Nawawi)
Apa lagi yang kurang?
Tidak ada. Karena kemuliaan dan keutamaan bagi mereka yang menaungi hidup anak yatim amatlah menakjubkan, Allah dan Rasulullah yang menjaminnya.
Kita perlu terus meracik formula agar anak-anak yatim piatu, terlebih yang terimbas Covid-19 ini tidak menjadi terlantar. Bahkan kita dapat berbagi formula agar masa depan anak-anak surga ini dapat terlindungi.
Ada kejadian menarik:
Di sebuah desa anak-anak yatim dan juga yang fakir miskin menjadi tanggung jawab masyarakat. Semuanya tanpa terkecuali. Selain sandang, pangan, juga ditanggung pula biaya pendidikan. Ternyata begitu dipikul bersama, tanggung jawab itu malah menjadi ringan.
Masyarakat pula yang memberikan penghormatan kepada anak-anak yatim piatu. Pada hari raya mereka memperoleh pakaian yang layak, uang saku yang mencukupi serta mendapat kemuliaan hadir di jamuan agung. Selepas shalat hari raya, anak-anak itu dihadirkan makan bersama dengan para pemuka masyarakat.
Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Sehingga keberadaan anak-anak yatim piatu itu bukan menimbulkan masalah sosial, malahan menjadi kemuliaan bersama.
Kemudian datanglah pandemi yang membuat kita bagai kena hajar Mike Tyson, dipukul bertubi-tubi khususnya sektor ekonomi. Sehingga, menyelamatkan diri dan keluarga saja seperti jungkir balik, sekarang bagaimana dengan anak-anak yatim piatu itu?
Ya, selagi dipikul ramai-ramai insyaallah akan terasa ringan, lagi pula dengan amalan itu pula Allah membuka pintu rezeki lebih luas untuk para pembela anak yatim. Dan marilah kita menjadi bagian dari golongan yang dipuji Allah, yakni mereka yang tetap menolong meski dirinya dalam kesusahan.
KOMENTAR ANDA