Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MENEMPA anak menjadi mandiri memerlukan proses dan waktu yang tepat. Untuk memetik buah kemandirian yang sempurna, tidak bisa memberikan pupuk yang berlebih, memaksa anak menjadi mandiri namun tidak sesuai dengan usianya.

Kemandirian ada 4 macam, yaitu kemandirian fisik, sosial, finansial, dan agama. Setiap bentuk kemandirian ini ternyata harus diajarkan secara bertahap sejak anak lahir (usia 0 bulan).

"Membentuk anak mandiri tidak bisa secara instan. Kapan waktunya, yaitu sejak anak lahir, hari pertama anak melihat dunia. Sejak saat itu pula orangtua bisa mengajarkan kemandirian kepada anak," kata Psikolog Anak Sarra Risman, dalam webinar parenting bertajuk Menempa Kemandirian Anak, Minggu (25/7).

1. Usia biji (0-2 tahun)
Pada usia 0 atau saat anak baru lahir, ibu sudah bisa mengajarkan anak untuk mandiri. Caranya, dengan memisahkan tempat tidur anak.

"Di rumah sakit, bayi biasanya diletakkan dalam box bayi. Ini adalah langkah awal untuk memandirikan anak. Tapi sayang ketika bayi dibawa pulang, orangtua justru membiarkan bayi tidur satu ranjang," ujar ibu tiga anak ini.

Biarkan pula anak main sendiri, bayi meracau sendiri. Selagi anteng, ibu bisa mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Tidak perlu menemani bayi, karena jika ibu dibutuhkan, anak pasti akan menangis.

"Pertanyaannya, terus kapan boundingnya Bu? Bounding bisa dilakukan saat menyusui, menggantikan popok, dan memandikan. Selebihnya, biarkan sendiri," saran putri dari psikolog senior Elly Risman.

Untuk makan sendiri, bisa diajarkan saat usia anak 11 bulan. Biasakan anak makan di kursinya. Dengan melatih makan sendiri sejak 11 bulan, maka di usia 2 anak sudah tidak disuapi.

Begitu pula dengan toilet training, anak memakai celana sendiri, ajarkan di usia 2,3 tahun. Dan di ujung usia 2, pastikan anak sudah bisa mengucap 50 kata dengan jelas.

Untuk kemandirian sosial, usia 0-2 baru pada tahap mengenali orang. "Jangan pernah memaksa anak untuk bersalaman jika dia takut. Bukan berarti anak penakut atau tidak ramah. Tapi karena di usia tersebut memang kemandirian sosialnya baru pada tahap mengenali orang," tegasnya.

Kemandirian finansial anak 0-2 tahun baru pada tahap melihat proses jual beli. Perlu menjadi catatan, jangan sesekali mengatakan kepada anak, "Ayah mau berangkat kerja dulu, mau cari duit buat beliin Dede mainan." Karena hal ini hanya akan membuat anak menjadi konsumtif.

Sama dengan tahapan finansial, pada kemandirian agama pun anak 0-2 tahun baru pada tahap observasi. Anak biasanya akan mendampingi orangtua beribadah.

2. Usia kecambah (3-4 tahun)
Di usia ini, anak tidur sudah terpisah kamar dengan orangtua. Anak juga sudah bisa mandi sendiri, menulis, membersihkan diri saat buang air kecil, membantu pekerjaan rumah tangga (mengangkat jemuran, mengeluarkan baju dari mesin cuci, dsb) dan merapihkan mainan.

Anak juga sudah mampu mengendalikan emosi dan membuat pilihan. Ini penting, karena merupakan jendela krusial penanganan tantrum. Artinya, saat melarang anak segera berikan solusi atau pilihan.

Untuk kemandirian finansial, anak 3-4 tahun sudah mulai belajar bertransaksi dengan pendampingan. Ingat, transaksi harus menggunakan uang dan bukan kartu!

Dan, anak 3-4 tahun mulai bisa meniru gerakan dan bacaan ibadah. Mereka juga mampu menghafal beberapa surat.

3. Usia berbunga (5-7 tahun)
Keramas, sikat gigi, merapihkan tempat tidur, tanggung jawab sekeluarga, membaca lalu mengaji, cebok BAB, dan memasak adalah kemandirian yang harus dimiliki anak usia 5 sampai 7. Tidak tantrum, mulai sekolah, observasi tamu, dan problem solving juga sudah mulai dikuasai.

Anak juga bisa membeli barang tanpa pendampingan, membuat list belanja. Ingat, anak usia ini belum perlu diajarkan menabung atau bersedekah, karena mereka belum memiliki uang sendiri. Mengajarkan anak menabung atau bersedekah dengan cara meminta uang kepada orangtua, justru akan membuat anak tidak mandiri. Dan, anak 5-7 tahun sudah suka shalat, puasa, maupun mengaji.

4. Usia berbuah (8-11 tahun)
Di usia ini, semua kemandirian fisik sudah selesai. Mereka bisa menjenguk teman sakit, menerima tamu, menangani bullying, hingga berlatih menjadi orangtua (menggantikan Pampers adik, membuatkan susu, dll).

Anak usia 8-11 mampu berbisnis kecil-kecilan, mengajaknya berbelanja, hingga memanajemen uang. Dan karena sudah mendekati baligh (anak perempuan di usia 9 dan laki-laki di usia 11), orangtua harus mempersiapkan anak baligh.

Bagaimana kalau sudah besar namun anak belum juga bisa mandiri?

"Mulai dari sekarang, jangan ditunda lagi! Tapi ingat, mulainya harus satu-satu. Ajak anak duduk bareng untuk membuat suatu kesepakatan yang harus disetujuinya. Jelaskan secara verbal, ajari dan dampingi dulu. Orangtua juga harus sadar akan keberhasilan anak dengan cara memotivasinya. Berikan kesempatan anak untuk gagal, karena tujuannya adalah bisa, bukan sempurna!" tegas Sarra.

 




Nilai Rapor Menurun, Berikut Cara Ayah Bunda Menegur Si Kecil Agar Termotivasi

Sebelumnya

Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting