Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI Covid-19 membuat banyak orang semakin melek kesehatan. Kita menyimak berbagai informasi seputar tips menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas yang diberikan para dokter.

dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) menjadi salah satu dokter yang menjadi viral di pertengahan tahun 2021 karena voice note miliknya yang beredar luas tentang pentingnya tidur dan puasa untuk melawan Covid-19.

Dr. Piprim bersama 9 koleganya yang terdiri dari dokter, perawat, ahli kesehatan, serta ahli gizi dan laboratorium sebelumnya telah menulis buku Optimalisasi Kondisi Metabolik Untuk Mencegah Fatalitas Covid-19 yang terbit pada April 2020. Penyusunan buku mendapat dukungan dari Nur Agus Prasetyo, Founder Keto-Fastosis Indonesia.

Buku tersebut berbicara tentang protokol optimalisasi kondisi metabolik pada pasien terinfeksi virus SARS-CoV-2 dengan menekankan pengendalian gula darah, pembatasan kalori, dan pembatasan karbohidrat untuk mencegah inflamasi berlebihan.

Buku itu juga menekankan pentingnya menjadi sehat secara metabolik yang bisa dicapai dengan berpuasa, demi mengaktifkan autofagi sekaligus menghasilkan keton sebagai antiinflamasi.

Urgensi menjadi sehat secara metabolik

"Orang yang sehat secara metabolik adalah orang yang mudah melakukan metabolic switch dari kondisi anabolik ke katabolik, dengan harapan terjadi autofagi dan menghasilkan keton," kata dr. Piprim saat menjadi narasumber dalam Podcast Deddy Corbuzier.

Kebanyakan orang zaman sekarang justru jarang puasa, jarang olahraga, kurang tidur, tetapi banyak makan. Inilah yang menjadi sumber masalah menurut dr. Piprim.

Untuk mencari tahu apakah kita sehat secara metabolik atau tidak, berikut ini adalah tujuh (7) parameter standar berdasarkan survei kesehatan metabolik di Amerika Serikat tahun 2009-2016 yang diterbitkan dalam jurnal tahun 2018.
1.    Lingkar perut di bawah ½ tinggi badan.
2.    Tekanan darah maksimal 120/80.
3.    Gula darah puasa di bawah 100.
4.    Trigeliserin puasa di bawah 150.
5.    HDL kolesterol (kolesterol baik) untuk laki-laki di atas 40 dan untuk perempuan di atas 50.
6.    HbA1c (hemoglobin untuk melihat gula darah selama tiga bulan terakhir, angka di atas 6,5 menandakan diabetes).
7.    Semua kondisi (poin 1 – 6) harus dicapai tanpa obat apa pun
Hasil survei tersebut menunjukkan hanya 12% warga AS yang sehat secara metabolik.

Mengambil langkah awal

Bagi yang mungkin belum bisa berpuasa, satu langkah awal yang bisa dilakukan untuk menjadi sehat secara metabolik adalah dengan memilih makanan. Dengan mengubah makanan menjadi real food (banyak protein hewani, sayur, dan karbohidrat kompleks) sembari menghentikan makanan tinggi kadar gula dan junk food, sudah sangat baik untuk memperbaiki metabolisme. Tubuh tidak mudah terasa lapar.

Demikian juga saat ini, banyak orang yang mulai mengubah pola makan ke arah lebih sehat. Jenis makanan sangat berpengaruh untuk kesehatan. Kalau pun kita ingin mengonsumsi makanan yang mengandung gula, harus ada kompensasi dengan berolahraga atau berpuasa.

Bagaimana dengan para lansia?

"Makin tua usia justru makin berpotensi resistensi insulin. Karena itu, semakin tua, kita mestinya makin memperhatikan kesehatan metabolik. Autofagi bukan berarti bablas dan terlalu lama puasa. Juga bukan makan sedikit sekali-misalnya hanya makan satu butir telur, itu bisa jadi malnutrisi. Untuk tahu apakah autofagi seimbang atau tidak, kita cek tujuh parameter tadi," ujar dr. Piprim.

Demikian juga untuk anak-anak. Ketika dibiasakan makan real food, maka tingkat lapar dan kenyang mereka akan normal. Tidak berlebihan. Karena sejatinya anak-anak hanya akan makan ketika mereka lapar.

dr. Piprim mengingatkan bahwa kita saat ini memang berada pada obesogenic environment, yaitu lingkungan yang memicu obesitas. Tapi sebenarnya bisa disiasati dengan berusaha memilih makanan bernutrisi seimbang.

"Ada lagi adiksi gula (sweet tooth), yang menganggap semua harus serba manis. Gula sangat berbahaya karena banyak orang tidak menganggapnya bahaya. Seperti halnya buah-buahan. Banyak buah mengandung gula (fruktosa). Pilihlah buah rendah fruktosa seperti blueberry, stroberi, alpukat, zaitun, atau mentimun. Fruktosa dicerna hanya di lever (tanpa insulin), cepat menimbulkan perlemakan hati (fatty liver)," tegas dr. Piprim.




3 Resolusi Sehat Menjelang Tahun 2025: Jangan Abai Mengelola Stres

Sebelumnya

Cara Mengolah Kentang yang Tepat Agar Nutrisinya Terjaga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health