KALAU sudah kepepet, manusia yang sebelumnya pernah ingkar pun bakal berseru, “Tuhan, tolonglah!”
Apalagi sekarang ini ketika lembaga dunia sekaliber WHO saja tidak dapat memastikan kapan pandemi ini akan berakhir, sementara kehidupan umat manusia bukan saja morat-marit malahan sudah porak-poranda. Mungkinkah kita tidak butuh bantuan Tuhan?
Sudah banyak rangkaian doa yang telah dipanjatkan, lambat-laun orang-orang pun bertanya-tanya, “Kapan datangnya pertolongan Allah?”
Ini bukan pertanyaan yang salah. Lagi pula kepada siapa lagi kita mengharapkan bantuan kalau bukan dari Allah. Akan tetapi, apakah pertanyaan macam itu layak diajukan, mengingat hal demikian berhubungan dengan kuasa Ilahi?
Ternyata hal serupa terlebih dahulu telah disebutkan Al-Qur’an belasan abad yang lampau. Di antaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 214, yang artinya, “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
Petikan ayat di atas secara tegas menyebutkan beberapa poin penting, yakni:
Pertama, cobaan merupakan bagian dari janji Tuhan untuk para calon penghuni surga.
Disini kita patut memperbaiki kacamata agar dapat melihat cobaan itu dari perspektif yang benar. Karena inilah jalan menuju surga yang dijanjikan-Nya. Cobaan itu hendaknya dilihat sebagai ujian yang membuat orang naik kelas, dari kehidupan dunia fana menuju keabadian surgawi.
Begitu pun dengan pandemi yang sepaket dengan berbagai keperihan yang menyertainya adalah suatu cobaan, yang apabila kita mampu melewatinya dengan kesabaran dan keikhlasan, insyallah akan berbalaskan surga. Amin!
Kedua, jangan pernah henti mengharap pertolongan Allah.
Tidak ada yang perlu merasa gengsi, karena para nabi dan orang-orang saleh pun bertanya-tanya, “Kapankah datang pertolongan Allah?”
Ini bukanlah pertanyaan putus asa, bukan pula gambaran kelemahan jiwa. Pertanyaan ini teramat manusiawi, karena, seperti yang diterangkan ayat di atas, tidak terlepas dari beratnya “kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan)”
Jadi, apabila kini banyak orang bertanya, “Kapankah datang pertolongan Allah?” maka itu bukanlah perkataan dari kerapuhan hati. Karena ungkapan itu terlahir dari pengharapan yang luar biasa terhadap kasih Ilahi.
Ketiga, jangan menyerah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Kalau memang pertolongan Allah itu dekat, maka sedekat apa sih? Tentunya banyak juga yang penasaran mencari jawabannya.
Sedekat apa kita dengan Allah, maka sedekat itu pula kita dengan pertolongan Allah. Itulah yang perlu diingat-ingat!
Mari dibuat perumpamaan! Sekiranya kita hanyut di sungai, lalu ada tangan yang mengulurkan bantuan hendak menyelamatkan, apa yang akan kita lakukan? Sederas apapun aliran air sungai, kita perlu berjuang keras menghadapi arus itu demi mendekati tangan yang terulur. Kalau kita malah menjauhi uluran tangan, jangan heran kalau akhirnya kita pun hanyut tenggelam.
Sedahsyat apapun cobaan hidup ini, maka kita perlu berjuang keras untuk mendekati Allah, yang telah menyiapkan pertolongan-Nya. Jangan bermimpi pertolongan itu akan kian mendekat, jika dalam kehidupan sehari-hari kita justru menjauhi Tuhan, bahkan membuat-Nya murka.
Terkait surat Al-Baqarah ayat 214 ini, Hamka pada Tafsir Al-Azhar Jilid 7 menerangkan, hati mereka berkata, “Inilah tanda bahwa kemenangan telah dekat, dan kita tidak akan sampai kepada kemenangan itu kalau hal seperti ini belum pernah kita alami.” Lantaran itu mereka yakin dan tidak ada ragu-ragu lagi, sampai berkata, “Dan benarlah Allah dan rasul-Nya.”
Di atas itu semua, tak perlu ada yang ragu dengan dekatnya pertolongan Allah. Karena dengan Rahman dan Rahim-Nya, Allah yang akan dengan mudah menyingkirkan berbagai cobaan itu, bersalin rupa dengan kebahagiaan nan terindah.
KOMENTAR ANDA