KITA masih belum mengendurkan kewaspadaan terhadap pandemi. Baru-baru ini beredar kabar bahwa varian Delta Plus yang selama ini membuat heboh masyarakat di luar negeri, telah ditemukan di Indonesia.
Salah satunya adalah ditemukannya varian Delta Plus di wilayah Jambi dan Sulawesi Barat pada akhir Juli.
Banyak informasi simpang siur seputar varian Delta Plus tak pelak menimbulkan pertanyaan dan kebingungan di masyarakat.
Apa saja yang harus kita ketahui tentang varian Delta Plus?
Nama resmi varian Delta Plus adalah AY.1. Menurut Public Health England (PHE), Delta Plus bukanlah nama yang bersifat saintifik. Nama tersebut diberikan mengingat adanya mutasi tambahan yaitu mutasi protein spike K417N pada varian Delta.
Apakah varian Delta Plus berbeda dari varian Delta?
Mutasi K417N sampai saat ini belum menjadikan varian Delta Plus menjadi varian yang memiliki klasifikasi tersendiri. Hal tersebut diumumkan oleh PHE, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan WHO.
Lalu mengapa varian Delta Plus dianggap lebih berbahaya dari varian Delta?
Dari hasil beberapa penelitian, salah satunya adalah SARS-CoV-2 variants, spike mutations and immune escape (Harvey, 2021) yang dimuat dalam Nature Reviews Microbiology, Delta Plus dianggap lebih berbahaya karena mutasi protein spike K417N dapat menyebabkan dua hal:
1. Virus lebih efisien masuk ke dalam sel tubuh manusia sehingga berpotensi lebih menularkan.
2. Membantu virus menghindari antibodi sehingga berpotensi mengurangi efektivitas vaksin, terapi antibodi, dan antibodi natural setelah sembuh dari Covid-19.
Benarkah varian Delta Plus sudah terbukti lebih menular dan lebih mematikan dibanding varian Delta?
Menurut WHO, CDC, dan PHE, hingga sampai ini belum ada cukup bukti yang memperlihatkan varian Delta Plus lebih menular.
Begitu pula dengan dugaan lebih mematikan, hingga saat ini belum ada cukup bukti yang menyatakan bahwa orang yang terpapar virus varian Delta Plus lebih berisiko masuk rumah sakit atau meninggal dibandingkan varian Delta.
Bagaimana varian Delta Plus bisa menghindari antibodi?
Data PHE dan The Indian SARS-CoV-2 Genomics Consortium (INSACOG) menunjukkan bahwa varian Delta Plus menurunkan efektivitas antibodi monoklonal. Namun demikian, hasil tes antibodi penetralisir dari darah orang yang sudah divaksinasi menunjukkan hasil yang baik terhadap varian Delta Plus.
Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian Delta Plus (AY.1) adalah varian Delta dengan mutasi K417N yang hingga saat ini masih masuk dalam kelompok varian Delta (bukan varian yang berdiri sendiri).
Varian Delta Plus belum terbukti memiliki karakter yang berbeda dari varian Delta, antara lain dalam kemampuan penularan, risiko rawat inap dan meninggal dunia, serta kemampuan menghindari antibodi.
Demikian dipaparkan pegiat edukasi Covid-19 dr. Adam Prabata melalui laman Instagram @adamprabata.
KOMENTAR ANDA