KOMENTAR

NAMA Hadia Hosny (32) asal Mesir mendapat julukan Ratu Bulu Tangkis Afrika dan meraih Africa Women in Badminton (AWIBA) Award 2020. Hadia merupakan pemain yang membanggakan bagi bulu tangkis Afrika dan namanya diakui dunia internasional.

Dilansir dari laman resmi Badminton Confederation Africa (BCA), penghargaan tersebut diberikan oleh Konfederasi Bulu Tangkis Afrika itu untuk memberi penghargaan kepada perempuan berprestasi yang berkontribusi dalam pengembangan bulu tangkis di Afrika. Perempuan tersebut berdedikasi tinggi dan tidak menunjukkan sikap tercela selama berkiprah di dunia bulu tangkis.

Penghargaan tersebut juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para perempuan Afrika untuk tertarik, menekuni, dan berprestasi dalam bulu tangkis.

"Kami sangat bangga memberikan AWIBA ketiga kepada Hadia Hosny, ia menghadirkan prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di lapangan bulu tangkis:  2 gelar di kejuaraan All Africa di Mesir, menduduki peringkat 35 dunia BWF bersama rekannya, Doha Hany, menjadi pemain Afrika pertama yang menang di Olimpiade Beijing 2008, dan sederet prestasi lain," ujar Ketua BCA Women in Badminton Commission Dr. Leshota saat menyerahkan AWIBA Award 2020.

Penampilan terbaik ia persembahkan di tahun 2020 dengan memenangkan 2 medali emas dan 2 perunggu pada kejuaraan bulu tangkis senior All Africa 2020. Dengan prestasi tersebut, Hadia bersama Doha (rekan ganda putrinya) mencatat sejarah dengan berada di peringkat ke-35 dunia.

Ia menjadi perempuan Mesir dan Arab pertama yang berlaga di 2 Olimpiade (Beijing 2008 dan London 2012) dan memenangkan pertandingan.

Dengan segudang prestasinya, Hadia pun terpilih mewakili negaranya berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.

Lapangan, Kampus, dan Gedung Parlemen

Hebatnya, Hadia juga memiliki karier cemerlang di luar lapangan. Ia adalah asisten dosen di Departemen Farmakologi di Cairo University. Perempuan kelahiran 1988 ini menamatkan pendidikan S1 dan S2 di Cairo University, dan saat ini menjadi kandidat PhD Farmakologi di universitas yang sama.

Tak hanya itu, bulu tangkis juga membuatnya terpilih menjadi anggota parlemen Mesir.

Pada tahun 2017, Hadia mendapat kesempatan mengikuti Presidential leadership program yang memberinya kesempatan terjun ke dunia politik. Program tersebut membantunya terpilih menjadi anggota parlemen mewakili pemuda dan perempuan. Dua tahun sebelum itu (2015), Hadia pernah mencalonkan diri namun gagal.

"Karier politik saya terutama karena bulu tangkis. Biasanya, alasan saya dipilih untuk suatu posisi atau penghargaan adalah karena prestasi saya di lapangan. Fakta bahwa saya adalah perempuan atau saya mewakili perempuan dalam berbagai hal, itu sangat kecil. Saya beruntung tinggal di negara yang mendukung perempuan dan mengakui prestasi perempuan," ujar Hadia.

Aktif Sejak Kecil

Darah atlet Hadia mengalir dari keluarga yang menyukai olahraga. Kakek dari ibunya adalah atlet angkat besi Mesir, Nassir. Nassir tercatat sebagai atlet Mesir pertama yang memenangkan medali emas dalam Olimpiade.

Sebelum mengenal bulu tangkis, Hadia berlatih squash, berkuda, dan senam ritmik.

Performa dan kontribusi luar biasa Hadia dalam bulu tangkis lahir dari kedisiplinan dan konsistensi yang ia jaga sejak usia 11 tahun. Pada usia 12 tahun, Hadia memenangkan juara ketiga Egyptian Championship.

Hadia saat ini juga berprofesi sebagai pelatih BWF level 2. Ia juga mendirikan Akademi Bulu Tangkis Hadia, yang tak hanya melatih bulu tangkis anak muda (sebagian besar adalah anak perempuan) tapi juga membimbing mereka dalam menjalankan berbagai peran sosial.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women